
Pemerhati budaya Betawi Alwi Shabab, mengatakan berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, Pitung sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong. Dia menambahkan, sosok si Pitung dianggap santri cerdas, karena mudah menangkap pelajaran yang diberikan gurunya. Kemampuan bela dirinya pun didapat saat menimba ilmu di pesantren bersama H. Naipin.
"Selain belajar agama dengan H Naipin, Pitung--seperti warga Betawi lainnya, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli maen pukulan," kata Alwi seperti dilansir dari Republika.
Sayangnya disebutkan Alwi, legenda dari betawi ini belum ditemukan bukti otentik yang menunjukan sosoknya. Pasalnya sampai sekarang makam dari jawara Betawi ini memang tidak pernah ditemukan.
"Begitu takutnya penjajah terhadap Bang Pitung, sampai tempat ia dimakamkan dirahasiakan. Takut jago silat yang menjadi idola rakyat kecil ini akan menjadi pujaan," tambahnya.
Berdasarkan cerita rakyat, terdapat beberapa versi tentang kuburan Pitung. Kabarnya badannya dibelah, dikubur di beberapa tempat seperti Jembatan Lima dan Pulau Onrust. Tujuannya supaya badannya tidak menyatu lagi karena Pitung punya ilmu rawa rontek, mati bisa hidup lagi.
Ada juga kabar makam Pitung terdapat di sisi kanan depan gedung Telkom, Jl Palmerah Utara No. 80 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Di lokasi ini terdapat serumpun bambu.
Di bawah rumpun bambu itu, di tanah seluas tak lebih dari 3x5 meter persegi terdapat sebuah kuburan berpagar besi. Makam ini hanya dipisahkan saluran air dengan lebar satu meter dari jalan raya.
Meski tidak ada bukti otentik, seperti batu nisan yang memberikan informasi tentang siapa yang dimakamkan, Bachtiar, pengurus Sanggar Betawi si Pitung yang juga pesilat Betawi, Cingkrik percaya pada cerita orang tua zaman dulu.
"Dari cerita orang tua dulu, itu adalah kuburan Pitung. Bahkan konon katanya yang dikubur adalah tubuh bagian bawah Pitung,” tandasnya.