KKP Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Berbendera Malaysia, Selamatkan Potensi Kerugian Rp19,9 Miliar

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. (Foto: Istimewa)wowsiap - Indonesia dinilai patut menentang rencana Australia, yang akan membangun kapal selam bertenaga nuklir berdasarkan Pakta Pertahanan Australia - Inggris - Amerika Serikat (AUKUS). Selain itu, Indonesia yang memiliki politik luar negeri bebas aktif, dapat berperan agar rencana Australia tersebut tidak dilanjutkan.

"Ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh Indonesia. Pertama, Indonesia meminta kepada ASEAN untuk mengadakan sidang khusus yang intinya menentang rencana Australia. Hasil sidang ini kemudian disuarakan," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, Selasa (21/9).

Sedangkan yang kedua, Indonesia dapat mendekati China. Hal itu karena China sebagai pesaing AS menentang rencana Australia tersebut.

Indonesia dalam isu ini juga memilki garis kebijakan yang sama dengan China. Harapannya adalah AS akan khawatir bila Indonesia akan bersekutu dengan China. Karenanya, hal itu akan menghentikan rencana Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir.

"Langkah terakhir adalah Indonesia mendekati Perancis, yang menentang keras rencana AS Inggris dan Australia tersebut. Indonesia dapat mendorong agar Perancis membawa isu ini dalam sidang Dewan Keamanan PBB," ujarnya.

Dikatakan, keberatan Indonesia terkait rencana membangun kapal selam bertenaga nuklir karena tiga alasan. Pertama, rencana pembuatan kapal selam bertenaga nuklir berpotensi melanggar Non Proliferation Treaty (NPT).

NPT adalah perjanjian internasional yang melarang penyebaran pengetahuan nuklir dan nuklir dari negara yang memiliki kepada yang tidak memiliki. Sementara, AS adalah negara pemilik nuklir dan pengetahuannya, sedangkan Australia bukan.

Kedua, rencana pembuatan kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia berpotensi memunculkan perlombaan senjata di kawasan Indo Pasifik. China tentu tidak akan berdiam diri dengan perkembangan geo-politik ini.

"Terakhir, rencana pembuatan kapal selam bertenaga nuklir dapat mengancam perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan Indo Pasifik. Bila terjadi perang terbuka, dapat dipastikan penggunaan senjata nuklir di kawasan akan tidak dapat dihindari," tegasnya.