Pengamat politik Rocky Gerung menilai, partai politik tengah mengalami kecemasan karena masa depannya tidak jelas.
Pengamat politik Rocky Gerung. (Foto: Sakti)
“Namun, ada beberapa parpol kecil yang justru pro dengan presidential threshold 20 persen. Ini kan ajaib, karena ada parpol kecil yang mau jadi juru bicara parpol lain,” katanya dalam diskusi Gelora Talk bertema Refleksi Akhir Tahun: Selamat Datang Tahun Politik, Bagaimana Nasib Indonesia di Masa Depan, Rabu (29/12).
Menurutnya, jika terjadi akumulasi dari proses yang dilakukan oleh oposisi, parpol tentu akan ikut. Sebab bila tidak pro pada PT 0 persen, selamanya parpol tersebut akan didikte oleh parpol lain yang lebih besar.
“Untuk apa terpilih menjadi presiden bila harus didikte oleh parpol lain? Para capres seharusnya pro PT 0 persen, agar lepas dari pengaruh parpol lain. Apalagi, jumlah parpol yang pro 0 persen sinyalnya sudah semakin kuat,” ujarnya.
Dia melihat, ada gelombang baru yang menuju arah perubahan. Dimana pihak yang takut akan adanya perubahan, merasa perubahan itu tidak akan terjadi dan menganggap politik adalah seni dari kemungkinan.
“Namun, politik juga seni untuk mengubah ketidakmungkinan. Sehingga, untuk melakukan perubahan besar diperlukan nyali dari orang-orang yang memang berpengalaman aktivis dan bukan pengalaman negosiasi,” tandasnya.
Dia menambahkan, mental rakyat Indonesia bisa berubah dari ekstrim ke mental ekstrim yang lain. Misal, dari nrimo kemudian berubah menjadi ngamuk. Apalagi, saat ini bangsa sedang duduk di atas bara sosial yang sangat panas.
“Karenanya, perubahan harus terjadi sebelum 2024. Sebab, untuk mengubah ketidakmungkinan harus dilakukan diluar sistem resmi pemilu yang bukan inkonstitusional, melainkan ekstra konstitusional,” tegasnya.