KKP Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Berbendera Malaysia, Selamatkan Potensi Kerugian Rp19,9 Miliar
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. (Foto: Humas MPR RI)

Wowsiap.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan, kepemimpinan KH Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua Umum PBNU, akan membuat organisasi tersebut semakin solid dan besar. Serta menjadi kekuatan sosial bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam menghadirkan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin.

"Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, dengan jumlah anggota mencapai 79 juta jiwa, NU tidak hanya menjadi kekuatan sosial bagi bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan kesatuan,” katanya.

Hal itu sebagaimana diwariskan pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari, yang menanamkan ajaran hubbul wathon minal iman atau cinta tanah air sebagian dari iman. Selain itu, NU juga senantiasa menjadi kekuatan sosial dunia dalam menghadirkan Islam yang tasamuh (toleran), tawazun (seimbang/harmoni), tawassuth (moderat) dan ta'adul (keadilan).

Dia menambahkan, rekam jejak KH Yahya tidak perlu diragukan. Beliau merupakan putra (alm) KH Cholil Bisri, pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin Rembang. Adapun KH Cholil Bisri adalah kakak kandung KH Mustofa Bisri (Gus Mus), sehingga KH Yahya adalah kemenakan Gus Mus.

“KH Yahya juga menjadi santri (alm) KH Ali Maksum di Krapyak, Yogyakarta. Dalam kenegaraan, KH Yahya pernah menjadi Juru Bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tidak heran jika beliau sangat mewarisi jiwa toleransi dan pluralisme Gus Dur,” ujarnya.

Pengalaman
Selain itu, lanjutnya, KH Yahya juga pernah anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2014-2019. Dengan berbagai pengalaman dan sepak terjang yang telah dimilikinya, baik dalam hal dakwah, organisasi, hingga kenegaraan, dibawah kepemimpinan KH Yahya, NU diyakini akan semakin solid dan besar.

“Di tengah situasi dunia yang masih dihantui terorisme, NU telah menjadi benteng pertahanan dunia. Hal itu karena selalu dengan tegas menolak terorisme disamakan dengan jihad,” tandasnya.

Selain itu, NU senantiasa melawan tindakan teror yang dijalankan atas nama agama apapun dan oleh organisasi apapun. NU juga tidak pernah memberikan ruang bagi paham radikal, sekaligus selalu memberikan pencerahan kepada umat bahwa tindakan teror tidak dibenarkan atas nama agama.

“Salah satu tantangan terbesar lainnya yang harus dijawab NU kedepannya adalah bagaimana menggaet kalangan muda dan urban perkotaan. Sehingga basis NU tidak hanya hadir di berbagai desa, melainkan juga bisa menembus hingga jantung perkotaan,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengapresiasi berbagai pengabdian KH Said Aqil Siroj, yang telah memimpin PBNU selama 10 tahun (2010-2015 dan 2015-2020).