Negara-negara Asia-Afrika diminta untuk mewaspadai jebakan utang luar negeri.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (Bagian Pemberitaan dan Media DPD RI)
“Contohnya adalah Sri Lanka, yang kini mengalami default akibat gagal membayar utang luar negeri,” kata Ketua DPR RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti di Jakarta, Senin (18/4).
Dimana pemerintah Sri Lanka mengumumkan gagal bayar utang luar negeri sebesar 51 miliar dollar AS atau Rp 732 triliun. Gagal bayar mereka umumkan sebagai langkah terakhir.
Yakni setelah Sri Lanka kehabisan devisa untuk mengimpor barang pokok yang dibutuhkan masyarakat. Karena itu, LaNyalla juga meminta 29 negara yang saat itu menjadi peserta Konferensi Asia – Afrika, mengingat kembali tujuan utama dari konferensi tersebut.
“Yaitu membangun solidaritas dan persatuan. Serta tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekuasaan, terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara,” ujarnya.
Salah satu dari Dasa Sila Bandung yang dihasilkan dari KAA tersebut adalah menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai. Seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan yang sesuai dengan Piagam PBB.
“Termasuk bagaimana China sebagai pemberi utang kepada Sri Lanka, memberi kelongaran melalui skema restrukturisasi utangnya. Yang mana digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Sri Lanka,” tandasnya.
Miskin
Hal itu penting disampaikan. Sebab, jangan sampai tudingan bahwa China sebagai pemberi pinjaman terbesar keempat Sri Lanka - setelah pasar keuangan global, Bank Pembangunan Asia, dan Jepang - menggunakan utang sebagai jebakan untuk negara-negara yang lebih kecil dan lebih miskin.
“Saya mengingatkan pemerintah Indonesia untuk tidak menganggap enteng utang luar negeri. Terutama yang menggunakan skema turn key project, untuk proyek-proyek infrastruktur,” ucapnya.
Mengingat kasus Sri Lanka, dimana negara tersebut harus menyerahkan pelabuhan strategis mereka, Hambantota untuk dikelola oleh BUMN China. Pada Februari 2022, utang luar negeri Indonesia kepada China tercatat 20,78 miliar dolar AS. Naik 0,76 persen dari bulan sebelumnya.
Dalam periode yang sama, utang luar negeri dari Singapura turun 0,75 persen; dari AS turun 0,22 persen dan Jepang turun 0,91 persen.