Gejolak kenaikan harga komoditas pangan strategis seperti tahu, tempe, minyak goreng, daging, cabai, bawang dan daging ayam yang terus terjadi setiap tahun, seakan tidak ada solusinya.
Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin. (Foto: Biro Protokol dan Humas DPR RI)
“Namun Indonesia terombang-ambing dengan situasi dunia yang sangat sensitif terhadap stok dan harga pangan,” kata anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin, Senin (7/3).
Karenanya, dia menyarankan agar pemerintah segera membuat rekomendasi penyelesaian jangka pendek dan jangka panjang. Sebab, menjelang puasa dan lebaran, solusi jangka pendek sangat penting segera diberikan.
“Hal itu agar pangan kita tetap terjangkau dan yang paling penting ada stoknya. Sementara untuk solusi jangka pendek selain operasi pasar, pemerintah perlu membuat aturan HET (Harga Eceran Tertinggi) ketat,” ujarnya.
Dimana merupakan subsidi harga untuk masyarakat tertentu dengan kemampuan daya beli rendah. Pemerintah mesti mendengar aspirasi dari peternak, petani, petambak budidaya ikan dan para pedagang, agar kebijakan intervensi dapat tepat dan jitu untuk mengendalikan harga pangan.
“Persoalan pangan ini tidak sesuai harapan masyarakat. Bahkan tahun 2022 ini, kondisinya makin memburuk, dimana antrean terjadi dimana-mana untuk mendapat seliter atau dua liter minyak goreng,” tandasnya.
Hajat Hidup
Komoditas pangan strategis yang permintaannya terus meningkat setiap tahun, menunjukkan bahwa komoditas tersebut merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Selain itu sudah seharusnya negara turut hadir sesuai amanat UUD 1945.
“Artinya, persoalan pangan strategis ini tidak kalah penting dan mendesaknya dibandingkan dengan persoalan minyak dan gas bumi. Maka, pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin,” tegasnya.
Sehingga dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Adapun solusi jangka panjang yaitu dengan memberikan kepastian akan keseimbangan pertumbuhan produksi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi secara nasional.
“Semua komoditas pangan seperti beras, kedelai, jagung, gula, minyak goreng, daging, cabai, bawang dan daging ayam mesti menjadi perhatian. Kebijakan pemerintah memperketat impor dan peningkatan jumlah produksi yang menyeimbangkan antara permintaan dan ketersediaan juga mesti diperkuat,” tukasnya.