Kewaspadaan masyarakat perlu dibangun, karena menjadi strategi pencegahan yang efektif. Sehingga, penyebaran penyakit hepatitis akut tidak meluas.
Anggota DPD RI Fahira Idris. (Bagian Pemberitaan dan Media DPD RI)
“Kewaspadaan masyarakat perlu dibangun, karena menjadi strategi pencegahan yang efektif. Sehingga, penyebaran penyakit ini tidak meluas,” kata anggota DPD RI Fahira Idris di Jakarta, Jumat (6/5).
Menurutya, semakin sedikit kasus yang terjadi semakin baik. Hal itu agar penanganan pasien yang diduga hepatitis akut, bisa semakin maksimal. Apalagi memang momen saat ini masih libur lebaran.
“Jadi mungkin banyak masyarakat yang belum update soal kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah terutama Kementerian Kesehatan untuk terus meng-update perkembangan atau temuan baru soal hepatitis akut tersebut,” ujarnya.
Sehingga, masyarakat semakin waspada. Selain itu, yang harus terus disosialisasikan adalah gejala-gejala dan tips pencegahan. Hal itu agar anak-anak terhindar dari penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya ini,” tandasnya.
Sadar
Termasuk langkah atau tindakan yang harus dilakukan, jika ada anak yang bergejala hepatitis akut. Menurutnya, langkah penting yang juga perlu ditempuh pemerintah dan pemerintah daerah adalah memastikan semua fasilitas kesehatan - bahkan hingga di level paling bawah misalnya puskesmas – sadar terhadap kasus hepatitis akut.
“Jika ada pasien terutama anak-anak yang menunjukkan gejala misalnya mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran, harus segera mendapat perhatian ekstra. Kemudian langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih besar dan lengkap misalnya rumah sakit,” tegasnya.
Dikatakan, kesigapan itu penting. Karena semakin cepat ditangani, maka anak-anak yang diduga mengidap hepatitis akut bisa tertolong. Sebagai informasi, sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus penyakit ini terus bertambah.
Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara. WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology) pada anak-anak. Yakni usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Penyakit yang sedang melanda dunia ini dan belum diketahui penyebabnya, diduga telah masuk ke Indonesia. Yaitu setelah tiga anak dilaporkan meninggal dunia diduga akibat terinfeksi penyakit misterius ini.