Keindahan danau tiga warga di Gunung Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, adalah bukti kebesaran Sang Maha Pencipta.
Danau Kelimutu. (Dok. Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
Destinasi itu juga bisa menguntungkan, jika dikelola dengan baik. Sebagai sebuah destinasi wisata, Danau Kelimutu bisa memberikan tambahan penghasilan untuk pemerintah daerah dan masyarakat.
Antara lain melalui transaksi wisata dan masyarakat sekitar. Danau Tiga Warna berada di Gunung Kelimutu. Tepatnya di Kecamatan Kalimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sesuai namanya, gunung ini mempunyai tiga buah danau kawah dengan warna air yang berbeda-beda. Danau berwarna biru bernama Tiwu Ata Bupu yang artinya danau orangtua.
Danau berwarna merah bernama Tiwu Ata Polo atau danau sihir. Sementara danau berwarna hijau bernama Tiwu Nuwa Muwi Kou Fai, yang artinya danau muda-mudi.
Kelimutu berasal dari dua kata yakni keli yang artinya gunung dan mutu yang artinya mendidih, sehingga Gunung Kelimutu berarti gunung mendidih. Danau itu memiliki luas 1.051.000 meter persegi dengan volume air di dalamnya sejumlah 1.296 juta meter kubik.
Ketinggian dinding antara 50 meter hingga 150 meter. Dinding dari kawah Telaga warna Danau Kelimutu terbilang terjal. Kemiringannya pun mencapai 70 derajat. Danau ini bukan hanya memiliki tiga warna yang unik saja, namun kawah dari danau seringkali berubah warna.
Saking indahnya, Presiden Soekarno juga menemukan Pancasila di Ende, saat bertadabur dengan alam. Merenung bersama alam dan berkomunikasi dengan manusia.
“Bung Karno merenung di bawah pohon Sukun. Bung Karno menyatu juga dengan alam. Jadi alam yang indah ini juga membantu melahirkan Pancasila,” kata Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti saat mengunjungi Danau Kelimutu, Selasa (31/5).
LaNyalla pun ikut terhipnotis keindahan danau tersebut. Menurutnya, Danau Kelimutu adalah destinasi kelas dunia. Sehingga, Pemerintah Daerah harus menjaga ini. demikian pula dengan masyarakat, yang juga harus menjaga destinasi ini, agar dampaknya ke masyarakat juga baik.
LaNyalla menyempatkan diri ke destinasi tersebut, di sela kunjungan kerjanya ke Ende. Rencananya senator asal Jawa Timur itu juga akan menghadiri Upacara Hari Kesakitan Pancasila, yang akan dilaksanakan di Lapangan Ende.
Selama di Ende, LaNyalla juga sempat berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno di Kota Ende. Di dalamnya terdapat barang-barang yang pernah dipakai oleh Proklamator RI yang juga presiden pertama Republik ini.
Termasuk sumur, timba air tradisional, di belakang ada tempat ibadah, dan lainnya. “Rumah pengasingan Bung Karno itu sudah menjadi destinasi sejarah di sana. Semua unsur harus menjaga ini semua. Pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan dukungan media juga harus bantu publikasi destinasi ini,” tukasnya.