Wowsiap.com - Di era kepemimpinan Jokowi peran media sebagai pengawas seakan menjadi pilihan kedua setelah sosial media. Pergeseran fungsi media ini diduga setelah buzzer ternakan pemerintah dijadikan garda terdepan dalam pembentukan opini positif penguasa.
Demikian hal ini disampaikan praktisi komunikasi dari Indonesia Benar, Rhama Deny kepada wowsiap.com, Minggu (16/10/2022).
Pria yang biasa dipanggil Deny ini mengimbau kepada semua masyarakat agar bisa lebih cerdas dalam memilih dan mengawasi jalannya pilpres mendatang. Dirinya mensinyalir adanya kesepakatan pragmatis antara peserta pemilu di pesta demokrasi tahun 2024.
"Jangan sampai pelaksanaan pilpres berjalan seperti permainan tender dalam proyek.
Di mana ada pihak yang sengaja mengalah atau dikalahkan sementara pihak lain menang atau dimenangkan namun pada akhirnya semua peserta diuntungkan secara material," katanya.
Dia menjelaskan dalam permainan tender ada pihak yang sengaja menjadi peserta hanya untuk dikalahkan sehingga jalannya tender terlihat normal.
"Pada kenyataanya pemenang sudah ditentukan, pihak yang mengalahkan atau dikalahkan akan mendapat keuntungan dari pemenang tender. Dengan demikian pihak yang kalah tidak akan berteriak atau membocorkan adanya permainan dalam proses tender tersebut," jelasnya.
"Jika hal tersebut terjadi dalam pilpres mendatang ini dipastikan peran oposisi sebagai pengawas dan penyeimbang menjadi lemah."tandasnya.
Hal senada juga diungkapkan pakar hukum tata negara Refly Harun. Refly mengatakan skema presidential treshhold yang tinggi menyebabkan calon presiden dalam pilpres hanya sedikit yang memenuhi syarat.
"Dengan adanya presidential treshhold yang tinggi menyebabkan calon presiden dalam pilpres hanya sedikit yang memenuhi syarat. Semakin sedikit capres kemungkinan terjadinya pengaturan score (sepak bola gajah) akan lebih besar," tandasnya.