
Wowsiap.com - Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM non subsidi pada Sabtu (12/2), dinilai tidak tepat. Terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
“Seharusnya pemerintah lebih banyak memberikan bantuan kepada masyarakat agar daya beli dan kondisi ekonomi mereka lebih baik. Bukan malah menambah beban baru yang membuat kehidupan mereka lebih susah,” kata anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto, Senin (14/2).
Menurutnya, saat ini kasus positif harian Covid-19 varian Omicron sedang tinggi, bahkan melebihi puncak persebaran Covid-19 varian Delta pada Juli 2021. Sehingga seharusnya pemerintah dapat memahami kondisi itu dengan tidak membuat kebijakan yang makin memberatkan.
“Pemerintah seperti tidak punya perasaan. Di saat masyarakat sedang kesulitan menghadapi Omicron, malah menaikan harga BBM. Meskipun itu adalah BBM yang non subsidi,” ujarnya.
Artinya, kata dia, pemerintah memandang masyarakat sebagai pasar untuk mendapatkan keuntungan. Bukan sebagai warga negara yang perlu dilindungi dan dipenuhi kebutuhan hidupnya.
“Harga BBM di Indonesia saat ini sudah sangat mahal. Sebagai pembanding, harga BBM RON 95 di Malaysia dijual dengan harga setara Rp 7.051/liter. Sedangkan RON 97 dijual dengan harga setara Rp 10.735/liter,” tandasnya.
Sementara di Indonesia, BBM RON 92 dibanderol dengan harga Rp 9.000-9.400/liter. Sedangkan jenis Pertamax Turbo dengan RON 98 dijual seharga Rp 12.000-12.400/liter.
“Pemerintah nyaris tidak punya alasan yang tepat untuk menaikan harga BBM bersubsidi sekarang. Selain karena pandemi yang sedang meningkat, dulu waktu harga minyak dunia turun, pemerintah tidak menurunkan harga BBM di dalam negeri,” tegasnya.\
Jadi, lanjutnya, sangat tidak adil kalau sekarang pemerintah serta-merta menaikan harga jual BBM non subsidi ketika harga minyak dunia naik. Pemerintah juga dinilainya seperti tidak hadir dalam urusan ini. “Pemerintah jangan berbisnis dengan rakyat,” tukasnya.