Pengeroyokan Ade Armando Tunjukkan Menajamnya Polarisasi

Insiden pengeroyokan terhadap pegiat media sosial Ade Armando merupakan warning kian menajamnya polarisasi.

Pengeroyokan Ade Armando Tunjukkan Menajamnya Polarisasi

Ketua Kelompok DPD RI di MPR RI Tamsil Linrung. (Foto: Andri)

Wowsiap.com - Insiden pengeroyokan terhadap pegiat media sosial Ade Armando, dinilai melawan hukum dan mencederai aksi demo mahasiswa. Namun sebagai bahan renungan, tidak juga keliru bila melihatnya sebagai warning kian menajamnya polarisasi.

“Jangan-jangan, ketidakadilan telah membuat luka hati masyarakat mengendap seperti magma di perut bumi,” kata Ketua Kelompok DPD RI di MPR RI Tamsil Linrung di Jakarta, Selasa (12/4).

Menurutnya, ketika endapannya semakin besar, magma terdorong kuat dan menyembur melalui gunung api begitu menemukan momentum. Meski demikian, semua pihak tentunya menyerahkan penyelesaian pengeroyokan Ade Armando kepada aparat kepolisian.

“Dan kasus pengeroyokan tentu harus diusut tuntas. Di saat bersamaan, status tersangka Ade Armando sejak 2017 melalui putusan praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, juga harus pula diselesaikan hingga berkekuatan hukum tetap,” ujarnya.

Hal itu agar rakyat merasakan keadilan. Di luar persoalan itu, kata dia, negeri ini harus bangga masih memiliki kaum intelektual muda yang senafas dengan rakyat.

“Yang merasakan dan memperjuangkan persoalan rakyat. Itulah sejatinya jati diri mahasiswa, yang tidak akan diam melihat pembungkaman, ketidakadilan, atau penghilangan hak-hak rakyat,” tandasnya.

Dia melihat, gerakan mahasiswa adalah reaksi atas aksi-aksi kegagalan pemerintah melakukan tugasnya. Kegagalan itu memuncak pada rapuhnya ekonomi bangsa yang, sayangnya, diiringi belitan hutang negara yang menembus angka Rp 7.000 triliun. 

“Sayangnya, berbagai kebijakan yang ditempuh justru semakin membuat bangsa terpuruk lebih dalam. Apa urgensinya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di tengah problem ekonomi saat ini,” tegasnya.

Selain itu, mengapa harus ada pembelahan di sana-sini. Misalnya, BEM SI diadu dengan BEM Nusantara yang terkesan sebagai bentukan pemerintah.

“APDESI diadu dengan APDESI baru yang palsu, karena tidak terdaftar di Kemenkumhan. Semakin bangsa ini terbelah, semakin lemah NKRI, walau semakin keras dielukan sebagai harga mati,” tukasnya. 

Ade Armando polarisasi pemerintah rakyat mahasiswa