Kebijakan yang diambil pemerintah selama empat bulan terakhir terkait dengan kelangkaan minyak goreng, dinilai hanya coba-coba.
Tangkapan layar Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi dalam diskusi 'Gelora Talk bertema Harga-harga Meroket, Rakyat Menjerit, Dimanakah Negara, Rabu (16/3). (Foto: Sakti)
“Aneka kebijakan terkait minyak goreng, membuat masyarakat sebagai konsumen menjadi kelinci percobaan,” kata Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, Rabu (16/3).
Hal itu disampaikannya dalam diskusi Gelora Talk bertema Harga-harga Meroket, Rakyat Menjerit, Dimanakah Negara? Menurutnya, kebijakan HET maupun intervensi pasar tidak akan efektif.
“Sebab, barangnya tidak dipegang oleh pemerintah. Selain itu, kebijakan yang diambil melawan pasar dan tidak market friendly. Namun, efektivitas kebijakan pencabutan HET juga perlu dilihat,” ujarnya.
Apakah pencabutan HET akan mengubah keadaan atau tidak, akan bisa dilihat. Sebab, dari sisi hulunya tidak disentuh. Dia juga mengaku tidak tahu, apakah kebijakan tersebut akan digoreng menjadi kebijakan politis atau tidak.
“Karena biasanya bila ada kontroversi di masyarakat atas suatu fenomena, biasanya ada yang tiba-tiba tampil. Kemudian membuat kebijakan baru serta memerintahkan a, b, c, d dan menjadi pahlawan,” tandasnya.
Dikatakan, Dikatakan, kalau hal semacam ini terjadi di Jepang, maka minimal menteri yang bertanggungjawab sudah mengundurkan diri. “Atau dipecat bahkan bunuh diri, sebagai bentuk pertanggungjawaban publik karena gagal menjalankan tugas,” tegasnya.