Kemajuan dan disrupsi teknologi yang terjadi selama pandemi Covid-19, akan terus memengaruhi proses bisnis industri media konvensional dan media mainstream Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (Foto: Biro Humas Kementerian Kominfo)
“Di era digital, kemajuan teknologi berupa big data, artificial intelligence dan metaverse dapat memperkaya kebutuhan data serta analisis untuk produksi dan distribusi konten industri media,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Johhny G. Plate, Selasa (8/2).
Hal itu disampaikannya dalam Konvensi Nasional Hari Pers Nasional 2022 bertema Membangun Model Media Massa yang Berkelanjutan, yang berlangsung secara hibrida dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Menurutnya, orientasi industri media yang baik akan tercermin dari jurnalisme yang berkualitas berbasiskan data, analisis dan pendekatan teoritis yang memadai.
“Dunia terus didorong untuk melakukan transformasi digital, di tengah berbagai keterbatasan yang timbul akibat pandemi Covid-19. Hal itu juga penting dilakukan insan pers agar bisa menemukan model bisnis baru media,” ujarnya.
Dikatakan, perubahan besar yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi digital menjadi orientasi, sekaligus solusi. Sehingga dapat menembus keterbatasan, memperluas perspektif dan jangkauan.
“Sekaligus mempercepat proses di berbagai lini kehidupan, tentunya termasuk di industri media,” tandasnya. Dia menambahkan, Saat ini terjadi pergeseran konsumsi media di kalangan masyarakat selama satu dekade terakhir.
Penurunan
Kondisi itu terlihat dari tren penurunan konsumsi media konvensional dari tahun 2011 sampai tahun 2021. Dimana konsumsi media cetak turun sekitar 50 persen, media televisi sekitar 24 persen dan radio sekitar 19 persen.
“Di sisi yang lain, media berbasis desktop mengalami peningkatan konsumsi sebesar 20 persen dan bahkan media berbasis seluler naik sebesar lebih dari 460 persen. Ini menurut catatan dari bandwith, record and risky time tahun 2021,” tegasnya.
Sementara di sektor produksi, sebanyak 75 persen eksekutif perusahaan global bidang komunikasi, jurnalisme dan media massa menunjukkan adanya kebutuhan untuk berinovasi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebagai salah satu industri yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19 dan disrupsi teknologi digital, 86 persen dari para eksekutif tersebut percaya bahwa untuk bersaing di dunia yang serba digital dibutuhkan strategi bisnis yang memposisikan audiens serta pelanggan sebagai mitra kerja.
“Pertumbuhan arus data yang juga semakin besar memungkinkan perusahaan untuk melakukan identifikasi, serta menyasar khlayak dengan lebih akurat. Bahkan, perkembangan kecerdasan buatan memudahkan perusahaan untuk membangun personalisasi produk, serta layanan bagi audiens yang berbeda sesuai dengan kebutuhan,” ucapnya.
Saat ini di Indonesia melakukan roll out dan deployment 5G untuk merespons munculnya beragam teknologi. Serta media digital yang baru, misalnya metaverse, cloud computing, yang akan semakin mendorong pergerseran produksi maupun konsumsi di bidang komunikasi jurnalisme dan media.
“Pada tahun 2019 lalu, tercatat layanan yang digunakan oleh setiap layanan 5G hanya berkisar sekitar 11,7 Gigabyte. Proyeksi pada tahun 2028 mendatang akan meningkat sampai dengan 725 persn atau sekitar 84,83 Gigabyte setiap bulan,” jelasnya.
Pada masa tersebut, kata dia, diprediksikan pula layanan informatif, inovatif dan kreatif yang berbentuk audio visual. Baik berupa video berkualitas tinggi, augmented reality, virtual reality dan lainnya akan mendominasi 90 persen data berbasis teknologi 5G.