Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membela keputusannya untuk menarik diri dari Afghanistan
Presiden AS Joe Biden (Foto: Instagram)
"Saya tidak meminta maaf atas apa yang saya lakukan," tegas Joe Biden, seperti dilansir dnaindia, Rabu (18/1/2022).
Pada kesempatan itu, Joe Biden mengatakan telah menyelesaikan satu tahun pekerjaannya sebagai seorang presiden di kantornya.
"Tidak ada cara untuk keluar dari Afghanistan setelah 20 tahun dengan mudah. ??Tidak mungkin, tidak peduli kapan Anda melakukannya. Dan saya tidak meminta maaf atas apa yang saya lakukan," ujar Biden.
Namun, Biden menyatakan simpatinya atas krisis di Afghanistan setelah Taliban menguasai negara itu pada pertengahan Agustus.
Semengtara POTUS mengatakan bahwa dia merasa tidak enak tentang apa yang terjadi di Afghanistan sebagai akibat dari ketidakmampuan Taliban.
"Saya sangat prihatin dengan para wanita dan pria yang diledakkan di garis depan bandara oleh serangan teroris terhadap mereka," katanya.
Seolah tak mau disalahkan sepenuhnya, Joe Biden lantas menyalahkan pemerintah sebelumnya atas kegagalan itu.
“Seandainya kita tidak keluar, pengakuannya adalah kita akan menempatkan lebih banyak pasukan, apakah saya merasa tidak enak (tentang) apa yang terjadi sebagai konsekuensi dari ketidakmampuan Taliban? Ya, saya tahu,” kata Biden
"Berbagai macam hal di seluruh dunia, bahwa kita tidak dapat menyelesaikan setiap masalah. Jadi, saya tidak melihatnya sebagai masalah kompetensi," tambah dia.
Presiden juga mengatakan bahwa tidak ada cara untuk keluar setelah 20 tahun dengan mudah. Dan kemudian dia meminta semua orang untuk mengangkat tangan jika ada orang yang bisa menyatukan Afghanistan di bawah satu pemerintahan?
"Itu telah menjadi kuburan kekaisaran karena alasan yang kuat. Itu tidak rentan terhadap persatuan," kata Biden.
Selain itu, Joe Biden juga mengangkat masalah beban ekonomi yang ditimbulkan Afghanistan kepada AS. Mengutip pengeluaran mingguan hampir satu miliar dolar untuk menjaga pasukan Amerika di negara bagian itu, Biden mencatat apa yang disebutnya tidak ada kemungkinan pada resolusi damai.
"Pertanyaannya adalah, apakah saya terus menghabiskan uang sebanyak itu per minggu di negara bagian Afghanistan dengan mengetahui bahwa gagasan bahwa bisa berhasil, selain mengirim lebih banyak kantong mayat ke rumah, sangat, sangat tidak biasa," katanya.