Penundaan rencana penerapan tarif baru tiket naik Candi Borobudur, diharapkan menghasilkan sebuah kebijakan dan skema baru.
Anggota DPD RI Fahira Idris. (Bagian Pemberitaan dan Media DPD RI)
“Walau Borobudur termasuk dalam lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP), tetapi idealnya dapat diakses berbagai kalangan masyarakat,” kata anggota DPD RI Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/6).
Khususnya sebagai wahana edukasi dan menanamkan kebanggan serta kecintaan terhadap budaya Indonesia. karenanya, dia berharap ada skema-skema baru tarif naik Candi Borobudur.
“Sehingga destinasi wisata budaya dan sejarah kebesaran bangsa ini bisa diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Candi yang ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia pada 1991 tersebut, adalah salah satu medium yang paling efektif untuk menumbuhkan cinta tanah air,” ujarnya.
Terutama generasi muda akan kebesaran bangsa ini. Dimana Candi Borobudur adalah salah satu mahakarya umat manusia sepanjang sejarah peradaban dunia dan letaknya di sebuah negara bernama Indonesia.
“Makanya, walau oleh pemerintah sudah dijadikan destinasi pariwisata super prioritas, diharapkan harga tiket naik ke Candi Borobudur masih terjangkau. Sehingga masyarakat dari seluruh Indonesia dan dari berbagai kalangan, berkesempatan menyaksikan maha karya ini,” tandasnya.
Skema-skema baru diharapkan memungkinkan masyarakat kebanyakan bisa naik dan menyaksikan Candi Borobudur. Dengan menyaksikan kemegahan Candi Borobudur, akan menjadi inspirasi bahwa sejak dulu Indonesia adalah bangsa besar.
“Selain soal tarif, yang juga harus menjadi concern, tidak hanya bagi pemerintah tetapi semua juga pihak termasuk masyarakat adalah kesadaran bersama. Yakni untuk menjaga kelestarian candi yang disebut sudah mulai mengalami pelapukan dan keausan batu karena beban kunjungan wisatawan,” tegasnya.