Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam
Yayasan Terus Berjuang (Terjang) mendukung pencapaian strategi Nasional pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Untuk menemukan dan mengobati kasus tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berencana melakukan skrining besar-besaran yang akan dilaksanakan tahun ini.
Dalam rangka mendukung pencapaian Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia, Yayasan Terus Berjuang (Terjang) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di 14 Kabupaten/Kota tak henti-hentinya melakukan sosialisasi pentingnya konsistenitas berobat dan pendampingan terhadap pasien penderita TBC.
"Kegiatannya pendampingan dan pelacakan pasien mangkir, misal satu dua hari mangkir berobat, kita lacak dan panggil. Kita edukasi pasien dan keluarganya, kita tidak memaksa pasien tapi kita beri tahu dampak (resiko) jika tidak melakukan pengobatan", ucap Dewi Wulan, Ketua Yayasan Terjang kepada jurnalis, Jumat (20/5/2022).
Sekilas tentang Yayasan Terus Berjuang (Terjang)
Dikatakan Dewi Wulan, Yayasan Terus Berjuang ini berdiri sejak tahun 2013. Itu berawal saat Dewi dinyatakan sembuh dari TB pada tahun 2013 silam dan tergerak untuk menyalurkan pengalamannya kepada sesama pasien TB.
Membentuk para legal Yayasan Terus Berjuang
Selain pendampingan ditambahkan Dewi, Yayasan Terjang pun akan membentuk legal untuk para pasien TB. Hal tersebut didasari atas banyaknya permasalahan yang menimpa para pasien, seperti mendapat diskriminasi dari warga, dipecat dari pekerjaan, hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Untuk para legal kita mulai bulan depan, pasien kita banyak permasalahan yang terjadi, semisal dipecat dari pekerjaan secara langsung dan tidak langsung, KDRT seperti perlakuan tidak baik dari suami, bahkan ada penderita TBC yang diusir oleh masyarakat", ujarnya.
Punya 39 relawan di 14 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat
Yayasan Terjang sendiri mempunyai 39 Relawan yang semuanya adalah para penyintas dari berbagai profesi.
Salah satunya ialah Nirwan Malik. Pria yang masih duduk di bangku kuliah ini baru beberapa bulan gabung sebagai Relawan Terjang.
Kepada jurnalis, dirinya tidak ragu menceritakan perjuangannya selama berjuang melawan penyakit TBC.
"Awal terjangkit itu, batuk-batuk dan kalau malam keringet dingin, kalau subuh udah basah padahal gak ngapa-ngapain, batuk-batuk selama dua minggu", kata Nirwan.
"Terus berobat di Puskesmas selama 6 bulan, saat itu berobat sambil kuliah. Setelah itu langsung ke rumah sakit, ada gumpalan terus diambil sempel ternyata TB", tambahnya.
Nirwan pun terpaksa harus mengambil cuti agar dapat konsisten berobat.
"Kebetulan pas dinyatakan TBRO langsung memutuskan cuti karena harus konsisten minum obat", ucapnya.
Ia pun berpesan kepada pasien lainnya untuk tetap konsisten berobat. Karena keberhasilan sembuh dari TB, masih dikatakan Nirwan adalah dengan konsisten berobat.
"Kalau misalkan yang lagi berobat, konsisten minum obat itu sangat penting, karena keberhasilan sembuh itu konsisten berobat itu sangat penting", pungkasnya.