Sejumlah wakil rakyat yang tidak bisa berbicara di Jakarta, lebih sering membagikan bansos.
Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah. (Gelora Media Center)
“Saya melihat ada sejumlah wakil rakyat yang tidak bisa berbicara di Jakarta dan lebih sering membagikan bansos,” katanya saat menggelar diskusi bersama mahasiswa perguruan tinggi negeri dan swasta di Makassar, pekan lalu.
Padahal, lanjutnya, diskusi adalah hal yang positif. Hal itu karena dengan demikian bisa tukar pikiran.
“Saya imbau elite Jakarta yang ada di Makassar juga harus mau diundang ngopi bareng mahasiswa, jangan jadi penyalur bansos terus,” ujarnya. Dikatakan, anggota dewan harus jelaskan pikirannya dan bukan hanya bawa amplop atau bansos.
Bahkan sebaiknya kalau menyumbang diam-diam saja. Karena, ketidakmampuan bicara di Jakarta jangan dikompensasi dengan cara kirim bansos.
“Sebab, demokrasi menuntut seorang wakil rakyat bertukar pikiran dengan mahasiswa, bukan justru hanya membagikan bansos dan amplop kepada masyarakat,” tandasnya.
Hal itu adalah salah dan merupakan penyelewengan cara bekerja demokrasi serta bukan cara bekerja sistem perwakilan. Menurutnya, politisi harus membiasakan untuk update situasi di tingkat nasional dan mendengar dari teman-teman mahasiswa mengenai rencana ke depan.
“Saya juga meminta mahasiswa untuk aktif menggelar diskusi. Hal itu agar terus update terhadap isu-isu kekinian dan isu-isu politik nasional,” tegasnya.