Tito mengisahkan bagaimana para pejuang dan pahlawan Kemerdekaan RI bertaruh nyawa saat akan mengibarkan Bendera Merah Putih dan di bawah ancaman desingan peluru bangsa penjajah
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam gerakan 10 juta Bendera Merah Putih
Tito mengisahkan bagaimana para pejuang dan pahlawan Kemerdekaan RI bertaruh nyawa saat akan mengibarkan Bendera Merah Putih dan di bawah ancaman desingan peluru bangsa penjajah.
“Program Pembagian Bendera Merah Putih diharapkan seluruh rakyat Indonesia semakin kuat menjaga dan mempertahankan NKRI,” kata Tito Karnavian, di sela Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Minggu (14/8/2022).
Salah satu sejarah di Surabaya, menurut Tito, menjadi tonggak bangsa Indonesia bisa bertahan dan merdeka sampai saat ini, usai peristiwa 10 November 1945 yang mengorbankan para pejuang dari berbagai daerah.
“Diawali dari Perintah Presiden Soekarno pada 31 Agustus 1945 untuk mengibarkan Merah Putih mulai 1 September. Saat itu juga sekutu dari tentara Inggris datang dan diboncengi oleh Belanda untuk kembali menjajah. Hingga peristiwa perobekan Bendera Belanda 19 September 1945 di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit),” kata Tito.
“Saat itu, mengibarkan Merah Putih di bawah ancaman peluru penjajah. Nah, kini kita mengibarkan bendera tanpa ada perlawanan dari siapa-siapa. Sekarang ini kita tinggal menikmati buah dari perjuangan para pejuang-pejuang,” tambahnya.
Pembagian Bendera Merah Putih, dilakukan di tiga daerah, yaitu Merauke, Banda Aceh, dan Surabaya.
“Merauke dipilih karena daerah paling ujung timur Indonesia, lalu di Banda Aceh di paling barat, sedangkan di Surabaya karena sarat dengan historis,” kata Tito.