Tuberkulosis atau TBC

Waspadai TBC, Penyakit Mematikan dan Bisa Muncul Kapanpun

Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia di atas Cina dan India terkait jumlah kasus tuberkulosis atau TB.

Waspadai TBC, Penyakit Mematikan dan Bisa Muncul Kapanpun

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudinkes Jakarta Barat, dr. Arum Ambarsari

Wowsiap.com - Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia di atas Cina dan India terkait jumlah kasus tuberkulosis atau TB. 

Hal tersebut menjadi salah satu tantangan terbesar Indonesia, dan memerlukan perhatian dari semua pihak, karena memberikan beban morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Diketahui, Tuberkulosis merupakan penyebab kematian tertinggi setelah penyakit jantung iskemik dan penyakit serebrovaskuler.

Salah satu Pilar dan komponen dalam end TB strategy di Tahun 2030,yaitu Tata laksana dan upaya pencegahan terintegrasi yang berpusat pada pasien yang perlu didukung akan kewaspadaan masyarakat sendiri akan penyakit TB. 

Diketahui pula, Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk batang, Mycobacterium tuberculosis (M.TB) penyakit TB sebagian besar mengenai parenkim paru (TB paru). 

Namun bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi organ lain (TB ekstra paru) seperti selaput otak, kelenjar limfe, tulang, dan organ selain paru.

Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara.

Satu batuk dapat memproduksi hingga 3,000 percik renik dan satu kali bersin dapat memproduksi hingga 1 juta percik renik. Untuk itu perlu diterapkan etika bersin/ batuk.

Penularan TB biasanya terjadi di dalam ruangan yang gelap, dengan minim ventilasi di mana percik renik dapat bertahan di udara dalam waktu yang lebih lama. Cahaya matahari langsung dapat membunuh tuberkel basili dengan cepat, namun bakteri ini akan bertahan lebih lama di dalam keadaan yang gelap. 

Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudinkes Jakarta Barat, dr. Arum Ambarsari menyebut, kontak dekat dalam waktu yang lama dengan orang terinfeksi meningkatkan risiko penularan khususnya di permukiman yang padat.

"Tuberkulosis atau TB masih ada, dan masih mengintai. Penyakit ini telah menyebabkan kematian. Karena itu kewaspadaan harus kita, semua pihak perhatikan dan tingkatkan. Apalagi di permukiman padat.Kenapa? karena risiko penularan apabila ada gejala TB.
Kalau ditemukan harus langsung periksa di puskesmas. TB perlu diwaspadai karena bisa muncul kapanpun,"kata dr.Arum, Senin (6/6/2022). 

Ada beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit TB. Kelompok tersebut, adalah:

1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain. 

2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang. 

3. Perokok 

4. Konsumsi alkohol tinggi 

5. Anak usia <5 tahun dan lansia 

6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius. 

7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang). 

8. Petugas kesehatan 

Adapun gejala penyakit TB tergantung pada organ yang dijangkit, sehingga dapat menunjukkan gejala sebagai berikut: 
1. Batuk ≥ 2 minggu 

2. Batuk berdahak 

3. Batuk berdahak dapat bercampur darah 

4. Dapat disertai nyeri dada 

5. Sesak napas 

Dengan gejala lain meliputi : 

1. Lemah letih lesu

2. Penurunan berat badan 

3. Menurunnya nafsu makan 

4. Menggigil 

5. Demam 

6. Berkeringat di malam hari tanpa aktivitas apapun

"Apabila mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas maka dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan agar dapat diperiksa dahak atau pemeriksaan penunjang lainnya," pinta dr. Arum. 

tuberkulosis TB Kepala Seksi Pencegahan dan Pemgedalian Penyakit Sudinkes Jakarta Barat dr. Arum Ambarsari Cina India TBC