Polarisasi di masyarakat sangat tidak produktif dan menurunkan kualitas sebagai bangsa yang beradab dan beretika.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (Bagian Pemberitaan dan Media DPD RI)
“Makanya dalam beberapa kesempatan, saya selalu sampaikan bahwa polarisasi bangsa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir harus kita akhiri,” kata Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti di Jeddah, Arab Saudi, Selasa (17/5).
Menurutnya, polarisasi di masyarakat sangat tidak produktif dan menurunkan kualitas sebagai bangsa yang beradab dan beretika. Dimana antar kelompok di masyarakat melakukan aksi reaksi atas output pesan masing-masing.
“Baik dalam bentuk kalimat verbal, maupun simbol dan aksi. Ditambah pola komunikasi elit politik yang kerap menimbulkan kegaduhan. Sehingga semakin lengkap pembelahan yang terjadi,” ujarnya.
Antara lain sweeping bendera, kaos, forum diskusi, pembubaran forum pertemuan dan lain sebagainya. Sampai hari ini, kata dia, masih saja terjadi olok-olok antar kelompok, dengan sebutan-sebutan yang jelek.
“Padahal sudah sangat jelas, olok-olok dengan sebutan yang jelek, dilarang Al-Quran. Karena itulah, merajut ukhuwah masih harus diperjuangkan dan mutlak untuk diperjuangkan,” tandasnya.
Tentu dengan membedah akar persoalannya. Dimana salah satunya adalah ketidakadilan, yang dipicu lemahnya ekonomi umat.
“Kelemahan ekonomi umat harus diakui terjadi. Hal itu karena dominasi dan hegemoni sekelompok kecil, yang menguasai sumber daya ekonomi nasional yang terlalu timpang dengan jumlah penduduk di Indonesia,” tegasnya.
Fakta itu tidak dapat ditutupi di era keterbukaan informasi. Narasi-narasi kebohongan dan kepalsuan akan selalu terbongkar dan semakin menimbulkan ketidakpercayaan publik.
“Salah satu jalan untuk mengakhiri persoalan fundamental bangsa ini adalah dengan melakukan perbaikan secara mendasar. Termasuk melakukan perubahan arah kebijakan perekonomian nasional, yang harus berorientasi kepada pemerataan untuk mewujudkan negara kesejahteraan,” ucapnya.