Wowsiap.com - Bulan Desember menjadi saksi lahirnya sebuah karya besar seorang penulis dan sutradara film Lord of The Rings Trilogy, Peter Jackson. Jackson menegaskan karyanya itu intisari dari film sesungguhnya.
Lord of The Ring Trilogy
Peter Jackson, pria yang berjanggut itu mengatakan dirinya telah menemukan sesuatu yang mampu menembus mimpi semua insan seni khususnya dunia perfilman. Namun ide dari Jackson ini tidak semudah dalam praktiknya apalagi untuk mewujudannya. Penilaian kawan-kawannya sesama insan film, ide ini dinilai sebagai proyek yang paling berbahaya di Hollywood dan sejarah film.
Saat ditanyakan apa dasar dari ide besar ini, Jackson mengatakan semua berawal dari kegemarannya membaca di usia 17 tahun. Dia mengaku gemar membaca kisah petualangan Sinbad, Lord of The Ring yang pertama (1954), dan Jason and the Argonauts. Kegemarannya membaca kisah petualangan, membuat daya khayalnya semakin berkembang. Apalagi setelah membaca petualangan hebat Ray Harryhausen yang mengandalkan animasi stop-motion untuk efek-efek yang fantastis.
“Ide pertama kami adalah membuat 'The Hobbit' sebagai film tunggal, kemudian jika itu berhasil dilanjutkan langsung buat dua film 'Lord of the Rings'. Saya senang kami melakukannya dengan cara ini. Karya Tolkien memiliki dua gaya yang berbeda: 'Hobbit' ditulis sebagai buku anak-anak dan 'Lord of the Rings' jelas bukan hanya untuk anak-anak.” kata Peter Jackson saat diwawancarai Variety tahun 2000.
Peter Jackson dan Fran Walsh tetap berusaha dan tanpa lelah menawarkan idenya ke perusahaan-perusahaan film. Kegiatannya Jackson dan Fran menulis kisah petualangan terus dilakukan dengan mengacu kepada imajinasi Toolkien. Hingga suatu hari sebuah ide datang dan akhirnya berubah menjadi sebuah pintu ajaib yang mampu mengubah mimpi Jackson menjadi nyata.
"Tahun 1995, saat 'The Frighteners', saya dan Fran mulai menulis cerita orisinal," kenang Jackson. “Kami terus mengacu pada buku-buku Tolkien, yang menjadi tolok ukur saat kami mencoba menulis yang asli. Jadi kami akhirnya berpikir, 'Mengapa kita tidak menanyakan tentang hak atas buku-buku ini?' kata Jackson.
“Kami memanggil Harvey (Weinstein, kepala Miramax yang berbasis di AS), karena kami memiliki kesepakatan pertama dengannya. Kami mengatakan 'Kami tidak tahu siapa yang memiliki hak' dan ternyata hak itu dipegang oleh Saul Zaentz, yang baru saja ditebus Harvey di 'The English Patient' (1997). Nasib mengarahkan kita ke sana.” katanya.
Jackson, Walsh dan Miramax membuat kesepakatan untuk buku-buku Tolkien.
“LOTR” dikembangkan sebagai dua film, tetapi Weinstein kemudian berubah pikiran dan ingin menggabungkan tiga buku menjadi satu film. Jackson dan Walsh menolak dan diberi waktu tiga minggu untuk mencari perusahaan film baru. 3 minggu seperti waktu yang singkat untuk mencari investor baru yang ingin membiayai mimpi menjadi nyata.
Usaha dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil, dan ini terjadi kepada Jackson dan Fran di tengah waktu vonis pencarian investor baru.
Tahun 1998, New Line Film, rumah produksi film yang berlokasi di Los Angeles, Amerika Serikat akhirnya menerima ide kedua sahabat yang tidak pernah menyerah itu. Melalui Bob Shaye, New Line setuju untuk menggarap Lord of The Rings Trilogy secara beraturan.
Seperti yang dilaporkan Variety pada tahun 1998, Mark Ordesky berperan penting dalam membawa ide Jackson ke New Line untuk 'Rings', Ordesky yang saat itu menjadi Junior Executive di New Line Film ditetapkan sebagai perwakilan perusahaan dan menjadi pengawas produksinya LOTR.
New Line Film yang didirikan Roberth Shaye pada tahun 1967, memulai debut produksinya dengan sesuatu yang biasa-biasa saja. Perusahaan ini mulai dikenal saat memproduksi film seri televisi, Teenage Mutant Ninja Turtles. Dan Shaye sosok yang cerdas, detil dan berani mengambil resiko besar. Shaye meminta timnya bersama Jackson untuk menentukan langkah kesukseksan mimpinya.
Ada tiga langkah penting untuk memulai proyek paling berbahaya di dunia perfilman. Tiga langkah itu terdiri dari; Pengumpulan dana; kemudian produksi besar-besaran (di tangan pembuat film yang terkenal dengan biaya film berskala kecil); dan ketiga, memasarkannya ke publik. Anehnya banyak di antaranya belum pernah mendengar tentang Tolkien sang maestro dari Lord of The Rings.
Dari hasil rumusan diketahui untuk penulisan skenario, Jackson dan Walsh dibantu Philippa Boyens. Ketiganya berkolaborasi membuat tiga tulisan skenario Trilogi untuk Lord of The Rings. Jackson dan Walsh juga dibantu tim marketing cerdas dan top Hollywood, Ken Kamins.
Dukungan penuh diberikan New Liners mulai Michael Lynne, co-chairman dan CEO Rolf Mittweg dan Camela Galano, yang mengawasi proses produksi secara langsung dengan menghubungi studio-studio film yang ada di luar Amerika, dan Gordon Paddison dengan perusahaan Stradella Road-nya, yang merupakan kunci dalam kampanye online terobosan film tersebut.
Tahun 1999, tantangan terbesar dalam pengumpulan dana dimulai dari menembus BlockBuster yang meminta uang muka senilai $ 160 juta. Blockbuster perusahaan penyewaan film yang memiliki puluhan cabang di luar negeri itu diharapkan mampu membantu dari sisi pemasaran. Mulai kesepakatan untuk rilis hari-dan-tanggal di seluruh dunia secara jelas.
Dan tantangan kedua menyakini persatuan 25 distributor utama di luar Amerika Serikat bahwa hasil penjualan internasional film ini akan mencapai dua pertiga dari biaya dan anggaran produksi. Dua tantangan ini belum ditambah sindiran dari para perusahaan-perusahaan film jika New Line akan bangkrut dan film Lord of The Rings Trilogy itu tidak akan tayang.
Sindiran yang dari komunitas perusahaan film di Hollywood saat itu memang sangat beralasan dan masuk akal. Dan pantas saja jika pembuatan film Lord of The Rings Trilogy ini disebut paling berbahaya di eranya.