Survei LSI: Rakyat Indonesia Keluhkan Mahalnya BBM

Hasil survel Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia merasakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mahal.

Survei LSI: Rakyat Indonesia Keluhkan Mahalnya BBM

Pertamina

Wowsiap.com - Hasil survel Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia merasakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mahal.

Survei dilakukan LSI pada 27 Juni sampai 5 Juli 2022. Salah satu isu yang dibahas mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Dan, hasil surveinya mengejutkan.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, mengatakan dengan adanya kenaikan harga BBM terutama nonsubsidi, sebanyak 53,3 persen masyarakat menilai harga BBM di Indonesia kurang atau bahkan tidak terjangkau sama sekali.

"Umumnya masyarakat 53 persen lebih menyatakan harga BBM saat ini tidak terjangkau, yang menyatakan terjangkau hanya di kisaran 38 persen," kata Djayadi saat rilis survei virtual, Minggu (24/7/2022).

Djayadi menjelaskan, golongan masyarakat yang menyatakan harga BBM tidak terjangkau secara umum merupakan lintas sektor, mulai dari tingkat pendidikan hingga wilayah. Namun dia mengungkap ada kecenderungan yang sama dari sisi pendapatan.

"Memang dari sisi pendapatan masih lebih banyak masyarakat berpendapatan rendah menengah yang menyatakan tidak terjangkaunya harga BBM saat ini," imbuhnya.

Berdasarkan data yang ditampilkan, sebanyak 66 persen responden berpendapatan kurang dari Rp 1 juta, kemudian 61,7 persen dari golongan pendapatan Rp 1-2 juta, serta 52,6 persen masyarakat berpendapatan Rp 2-4 juta, yang menilai harga BBM kurang atau tidak terjangkau sama sekali.

Djayadi menambahkan, LSI juga bertanya soal apakah harga BBM harus dinaikan atau tidak karena kondisi ekonomi global saat ini. Dia mengungkap, mayoritas responden meminta agar pemerintah menahan kenaikan harga BBM.

"Ada 48,1 persen publik yang menyatakan meskipun harga BBM dunia mengalami kenaikan, mayoritas menyatakan pemerintah perlu berupaya agar harga BBM dalam negeri tidak dinaikan meski itu berisiko kepada kenaikan subsidi atau utang negara," jelasnya.

Sementara sebanyak 33 persen responden, kata dia, menyatakan bahwa naiknya harga BBM dunia dan risiko peningkatan subsidi dan utang jadi alasan untuk menaikan harga BBM. Adapun 19,1 persen responden sisanya memilih tidak menjawab.

"Jadi masih lebih banyak masyarakat menyatakan ingin BBM dipertahankan harganya, tidak dinaikan," tutur Djayadi.

Dia berkata, ada sedikit variasi golongan masyarakat dalam pertanyaan kenaikan BBM tersebut. Responden berpendidikan rendah yaitu SD lebih sedikit yang menyatakan pemerintah harus menjaga harga BBM tidak naik.

Sedangkan, lanjut Djayadi, mayoritas masyarakat berpendapatan kelas menengah atas, atau lebih tepatnya 56,3 persen responden berpendapatan di atas Rp 4 juta, menyatakan harga BBM seharusnya tidak naik meskipun pemerintah harus menambah subsidi atau utang.

Lsi survei harga bbm pertamina