Jelang Bertemu Putin, Nasib Krisis Ekonomi di Tangan Jokowi

Usai Ukraina, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan lawatan perdamaian ke Rusia. Saat bertemu Presiden Vladimir Outin, Presiden Jokowi diharapkan bisa melobi agar perang segera berhenti.

Jelang Bertemu Putin, Nasib Krisis Ekonomi di Tangan Jokowi

Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana berkunjung ke Ukraina dan Rusia

Wowsiap.com - Usai Ukraina, Presiden  Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan lawatan perdamaian ke Rusia. Saat bertemu Presiden Vladimir Outin, Presiden Jokowi diharapkan bisa melobi agar perang segera berhenti. 

Dan, presiden perlu mendorong Rusia membuka jalur pangan Ukraina. Sebelum melawat dua negara yang sedang berperang itu, Presiden Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman. Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi mengajak G7 dan G20 untuk bergandengan tangan, menyelesaikan krisis pangan dengan menghentikan proteksi.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan negara-negara anggota G20 perlu bersepakat untuk tidak menerapkan kebijakan proteksi komoditas pangan guna mencegah krisis pangan global semakin parah.

"Negara G20 perlu bersepakat untuk tidak lakukan proteksionisme pangan dan membuka diri bagi kerja sama pangan terutama dengan negara miskin," kata Bhima, dikutip dari Antara, Kamis (30/6/2022).

Menurut Bhima, beberapa penyebab krisis pangan global saat ini yaitu disrupsi rantai pasok karena perang di Ukraina, proteksionisme dagang negara penghasil pangan, cuaca ekstrem, dan kenaikan konsumsi pasca pandemi COVID-19.

Negara-negara G20 juga perlu segera melakukan realisasi pendanaan pada peningkatan produksi pangan dengan pemberian subsidi pupuk, pendampingan petani, dan menjaga harga jual panen tetap stabil.

"Selain itu, perlunya upaya meningkatkan penyaluran pinjaman ke sektor pertanian khususnya petani dengan luas lahan di bawah 2 hektar," ucapnya.

Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) G7 menyerukan agar negara G7 dan G20 bersama-sama mengatasi krisis pangan yang mengancam 323 juta orang, terutama di negara berkembang.

Menurut Bhima, melalui Presidensi G20, Indonesia dapat melakukan negosiasi ke Presiden Putin agar jalur gandum dari Ukraina tetap dapat berjalan normal.

"Kemudian sebisa mungkin melalui pendekatan lobi ekonomi diyakinkan ke Rusia bahwa melanjutkan eskalasi militer hanya berdampak buruk bagi pemulihan ekonomi global, meningkatkan kemiskinan serta stagflasi. Krisis pangan bisa merugikan Indonesia dan Rusia sendiri yang sama sama negara G20," katanya.

Indonesia dengan politik bebas aktif memiliki posisi yang strategis karena bukan negara yang terlibat langsung dengan konflik antara Rusia dengan Ukraina sehingga diharapkan dapat meredam konflik kedua negara meskipun untuk sementara.

"Jika misi Presiden Jokowi berhasil, nama Indonesia akan harum di mata dunia dan meningkatkan trust bagi para investor maupun pelaku usaha karena dianggap Indonesia pro terhadap stabilitas politik baik di dalam maupun luar negeri," ucapnya.

Jokowi krisis pangan rusia ukraina perang