Holding BUMN Pertambangan, MIND ID terkesan agresif terkait investasi smelter Freeport di Gresik. Padahal jalannya lamban dan sudah sangat terlambat.
Freeport
Hingga akhir Mei 2022, progres pembangunan mencapai 32,5 persen. Hal itu diungkapkan Dany Amrul Ichdan, Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Minggu (26/6/2022).
"Kemajuan pembangunan fisik sekarang sudah mencapai 32,5 persen dengan biaya yang sudah terserap US$990 juta atau sekitar Rp13 hingga Rp14 triliun,” kata Dany.
Ditargetkan hingga Desember 2022, pembangunan sudah mencapai 50 persen dengan serapan investasi yang diperkirakan akan mencapai Rp 23 triliun.
"Selanjutnya akhir 2023 ditargetkan selesai dan bisa operasional di tahun 2024," jelas Dany.
Dengan dibangunnya smelter di Gresik, tidak hanya nilai tambah dari sisi ekspor tambang yang akan didapatkan.
Tapi juga dari sisi tenaga kerja lokal yang bisa diserap. Dari nilai investasi sebesar Rp23 triliun tersebut, 98 persen tenaga kerja yang diserap adalah tenaga kerja lokal dan 50 persen dari 98 tersebut dari Jawa Timur.
“Sekitar 3.000 tenaga kerja dari Jatim. Karena kami sangat komitmen terhadap kearifan lokal. Bahwa MIND ID sebagai holding menjamin bahwa bisnis yang kami lakukan menggaransi kearifan lokal,” ungkap Dany.
Diakui Dany, saat ini pemerintah sedang serius menggarap hilirisasi industri pertambangan untuk meningkatkan nilai tambah.
Diakui hal tersebut tidak bisa didapat dalam jangka pendek. Namun harus dilakukan dengan jangka panjang, dengan beberapa langkah utama.
Pertama adalah ekplorasi dan produksi yang agresif.
Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam yang masih besar.
"Untuk hal ini kami tetap bekerjasama dengan semua stakeholder mengingat tambang ini sangat terkait, di antarnya Kementerian BUMN sebagai induk kami, Kementerian ESDM, dan Kementerian Lingkungan Hidup," jelas Dany.
Kedua, meningkatkan daya saing biaya melalui digital.
Ketiga, membangun aset hilirisasi berskala Global, dan keempat melakukan Aliansi Strategis untuk ekspansi bisnis batu hilirisasi secara global.
"Nah salah satu yang sedang kami perlukan saat ini adalah dukungan keberlanjutan operasi tambang Freeport sesuai dengan life off mine plan Freeprot setelah tahun 2041. Life off mine plan Freeport tahun 2041 kan sudah selesai, nah ini bagaimana sementara cadangannaya masih besar dan akan bisa dioperasikan hingga tahun 2055-2060,” beber Dany.
Meski masih lama, Indonesia perlu melakukan renegosiasi terhadap self horder agreement dengan Freeport, termasuk dalam hal otonomi atau kemandirian pengelolaan Freeport di tangan anak bangsa.
“Renegosiasi harus secepatnya dilakukan khususnya dalam hal trasnfer off tecnologi, transfer off knowledge dan dalam hal kemandirian pertambangan kaerna sekarang secara sistem belum sepenuhnya mandiri," papar Dany.