Pergerakan Pertumbuhan Sudah Kembali ke Level Sebelum Pandemi

Pemulihan bertahap pada aktivitas masyarakat, menjadi faktor pendorong menguatnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,34 persen.

Pergerakan Pertumbuhan Sudah Kembali ke Level Sebelum Pandemi

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. (Bagian Pemberitaan MPR RI)

Wowsiap.com - Struktur pergerakan mesin-mesin pertumbuhan, sudah kembali ke level sebelum pandemi Covid-19.  Konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor juga menunjukan pertumbuhan yang solid.

“Industri pengolahan menjadi penggerak utama pertumbuhan dengan porsi 65,74 persen, karena mencatatkan pertumbuhan 5,71 persen,” kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Kamis (12/5)

Selain itu, pemulihan bertahap pada aktivitas masyarakat, menjadi faktor pendorong menguatnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,34 persen. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor pada kuartal I-2022 meningkat.

“Nilai ekspor hingga Maret 2022 mencapai 66,14 miliar dolar AS. Sedangkan pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,06 persen,” ujarnya.

Pertumbuhan pada kuartal -1 2022 ini bahkan mampu menyerap 4,55 juta tenaga kerja. Kecenderungan positif itu menjadi pertanda bahwa pondasi perekonomian nasional sudah kembali ke jalur proses pemulihan, saat daya rusak pandemi COVID-19 mulai melemah. 

“Namun, dinamika global mengingatkan Indonesia untuk selalu waspada. Proses pemulihan sekarang ini ternyata harus berhadapan dengan tantangan riil,” tandasnya.

Tantangan bersamanya adalah menjaga dan merawat momentum pertumbuhan ekonomi sekarang ini, agar dapat berlangsung konstan. Semua elemen masyarakat hendaknya aktif berkontribusi mewujudkan kondusifitas pada semua aspek kehidupan. 

“Dengan iklim perekonomian yang kondusif, investasi akan terus bertumbuh dan menciptakan lapangan kerja baru. Memang, menjaga momentum pertumbuhan sekarang ini menjadi tidak mudah,” tegasnya.

Energi
Hal itu karena adanya ketidakpastian global akibat invasi Rusia ke Ukraina. Salah satu dampak langsung dari invasi militer Rusia itu adalah naiknya harga energi. 

“Hari-hari ini, komunitas global harus menerima fakta tentang tingginya harga energi. Di dalam negeri, masyarakat kebanyakan juga sudah merasakan dampak itu dalam wujud naiknya harga bahan bakar minyak (BBM),” imbuhnya.

Lonjakan harga energi menjadi persoalan sangat serius bagi banyak negara di Eropa. Rusia memanfaatkan cadangan minyaknya untuk memperkuat daya tawar atas sanksi yang diberlakukan sejumlah negara Eropa penentang invasi ke Ukraina.

“Tingginya harga energi memberi dampak signifikan pada proses pemulihan ekonomi Eropa. Sebagaimana dipahami bersama, naiknya harga energi sekarang ini pun sudah pasti memberi dampak kepada sektor industri dalam negeri,” ucapnya.

Lazimnya, harga energi yang naik akan mendongkrak biaya produksi. Konsekuensinya, harga ragam produk kebutuhan masyarakat akan naik. Masyarakat sebagai konsumen kembali dibuat tidak nyaman.

“Dan, kenaikan harga produk pasti berdampak pada laju inflasi. Inilah tantangan riil yang harus dihadapi Indonesia. khususnya ketika pondasi perekonomian nasional mulai menjalani proses pemulihan,” jelasnya.

Tentu saja semua pihak berharap kenaikan harga energi sekarang ini tidak mengeliminasi momentum pertumbuhan terkini. Pemerintah pun diharapkan tetap bijak dan lebih berhati-hati.

 

pandemi pertumbuhan masyarakat pemulihan energi