Sejarah Tarian Tikiri dari Papua

Wowsiap.com - Banyak orang terpesona dengan kehadiran ikan terbang. Namun ikan terbang yang dimaksudkan di sini bukanlah ikan terbang dalam bentuk harfiah melainkan sebuah tarian yang dibawakan oleh beberapa orang suku Kamoro dari Papua.

Sejarah Tarian Tikiri dari Papua

Wowsiap.com - Banyak orang terpesona dengan kehadiran ikan terbang. Namun ikan terbang yang dimaksudkan di sini bukanlah ikan terbang dalam bentuk harfiah melainkan sebuah tarian yang dibawakan oleh beberapa orang suku Kamoro dari Papua.


Tarian yang dibawakan oleh sekitar 16 penari tersebut bercerita tentang mengapa sampai ada ikan terbang. Tarian Tikiri dibawakan dengan gerakan seperti burung yang terbang diiringi bunyi tifa.

Wakil Koordinator Sosial Budaya pada PON XX Klaster Mimika, Dominggus Kapiyau menjelaskan tarian tersebut bercerita tentang Suku Kamoro di Mimika yang dulunya adalah Kokonao.

"Kokonao itu asal kata dari Kaukanao, kauka itu berarti perempuan, nao berarti dibunuh. Jadi itu perempuan yang dibunuh pada saat itu dalam sejarah terjadi peperangan dari Timur ke Barat," katanya ketika diwawancarai di Gedung Eme Neme Yauware.

Tikiri, adalah ikan Tikiri yang merupakan ikan terbang dimana dahulu kala ada sebuah cerita yang mengisahkan seorang ibu muda yang diperkosa oleh keponakannya sendiri.

"Lalu kasus itu tertangkap basah akhirnya ada keributan lalu ular mengejar orang yang membuat kasus tersebut (ponakan -red), lalu dia lari tunduk - tunduk, jadi itu seperti yang ada dalam gerakan tarian, dia lalu masuk ke dalam air terus tiba-tiba muncul dia sudah jadi ikan terbang," ujarnya mengisahkan.

Dijelaskan, makna dari tarian Tikiri mengisahkan tentang putra dan putri suku Kamoro yang pergi meninggalkan kampung halaman mereka untuk mengenyam pendidikan (sekolah-red). Sehingga mereka pergi merantau jauh ke negeri orang. Namun ketika sukses, mereka pasti akan kembali ke kampung halaman.

"Dia tidak bisa menetap di sana (tanah rantau -red) suatu saat dia harus pulang ke daerah asalnya. Itu maknanya, entah berhasil atau tidak suatu saat pasti dia akan kembali, meskipun meninggal di tanah orang tetap harus dibawa pulang ke daerah asal," jelasnya.

Pada kesempatan ini, Dominggus Kapiyau mengingatkan semua orang untuk menjaga dan melestarikan budaya dan adat istiadat suku Amunge dan Kamoro.