KKP Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Berbendera Malaysia, Selamatkan Potensi Kerugian Rp19,9 Miliar
Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin. (Foto: dpr.go.id)

Wowsiap.com - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin meminta Kementerian Pertanian untuk tidak terjebak pada euforia peningkatan petani milenial. Apalagi bila tanpa memperhatikan hal yang sangat substansial untuk dilakukan tahap demi tahap.

“Yang sangat perlu dihindari pada pencetakan petani milenial adalah program atau proyek yang hanya bersifat simbolis atau mercusuar. Tahapan-tahapannya mesti jelas, terukur dan berorientasi pada kinerja yang berujung pada pencapaian tujuan,” katanya, Minggu (16/1).

Akmal menjelaskan, bahwa istilah generasi milennial memang sedang akrab terdengar. Pengertian petani milenial adalah petani yang berusia antara 19-39 tahun. Gerakan dibentuknya petani milenial diyakini dapat mensejahterakan kehidupan berbangsa.

“Pada catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dimana jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang,” ujarnya.

Menurutnya, angka 2,7 juta orang petani muda ini jangan dahulu diklaim hasil program pemerintah. Tapi urai dahulu penyiapan petani muda ini sejak usia dini, mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga universitas.

“Apa program pemerintah di sektor pertanian untuk memulai memasukkan ilmu pengetahuannya pada dunia pendidikan dan pelatihan? Karenanya, diharapkan ada ekstrakurikuler yang mulai masuk pada pendidikan nasional mengenalkan ilmu pertanian dan pangan yang seutuhnya,” tandasnya.

Dipersiapkan
Sehingga, SDM mulai dipersiapkan sejak usia belia. Sehingga cita-cita untuk berkecimpung di dunia pertanian pangan semakin bergelora dengan semangat inovasi dan kreativitas.

“Bila perlu, Kementan ada program beasiswa kekhususan bagi anak didik yang berprestasi. Dimana ada syarat untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan khusus yang disusun secara sistemik membangun kesadaran anak didik untuk terjun berkecimpung di dunia pertanian modern,” tegasnya.

Dia menambahkan, penyiapan SDM pertanian milenial ini memang tidak dapat diraih instan. Perlu Jangka waktu yang cukup lama, berjenjang, bertahap yang nantinya akan menemukan bakat-bakat tersembunyi pada anak-anak muda putra putri bangsa.

“Pekerjaan yang tidak perlu pencitraan ini perlu kebesaran jiwa para pemimpin bangsa, karena hasil dari pencapaian target terciptanya petani milennial ini tidak saja tercapai satu periode kepemimpinan bangsa, namun boleh jadi dua atau tiga periode baru akan tercapai,” tukasnya.