
Anggota Komisi II DPR RI Yanuar Prihatin. (Foto: Koordinatoriat Wartawan Parlemen/Winarso)
wowsiap.com - Anggota Komisi II DPR RI Yanuar Prihatin menyatakan, suasana yang bakal terjadi pada pada Pemilu 2024 termasuk aura, aroma, kondisi politis dan kejiwaannya harus bisa dideteksi. Sebab bila kondisi yang paling buruk terdeteksi, maka bisa mencari antisipasinya.
“Dalam even pemilu, pengalamannya adalah naiknya suhu yang tadinya dingin bisa tiba-tiba panas. Ada ketegangan, konflik, kemudian juga hoax, fitnah dan yang tertinggi adalah kerusuhan dan seterusnya,” ucapnya di Media Center DPR RI, Kamis (7/10). Hal itu disampaikannya dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertema Pemilu Serentak: Cobaan Demokrasi?
Dikatakan, Pemilu 2004 berlangsung dalam keadaan dimana penyelenggara belum punya pengalaman menyatukan pileg, pilpres dalam satu tarikan nafas dengan pilkada serentak. Sehingga, banyak hal yang harus dipertimbangkan dengan matang.
“PKB berpendapat, ada satu parameter yang harus menjadi tolak ukur bersama dalam situasi ini. Ada suasana spiritualitas, sosio kultural yang ada di masyarakat yang sudah menjadi tradisi, yakni Ramadan dan Idul Fitri,” ucapnya.
Bila pemilu dilaksanakan pada bulan sebelum Ramadan suhu politik yang panas, bisa turun. Tetapi kalau pemilunya dilaksanakan setelah Ramadan atau Idul Fitri, tak ada lagi mekanisme sosial kultural yang alami untuk mendinginkan suasana.