Krisis Lahirkan Kepemimpinan Baru

Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, saat ini dunia dilanda berbagai krisis. Pada saat yang sama, krisis juga menuntut lahirnya kepemimpinan baru.

Krisis Lahirkan Kepemimpinan Baru

Tangkapan layar Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia Anis Matta. (Foto: Andri)

Wowsiap.com - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, saat ini dunia dilanda berbagai krisis. Pada saat yang sama, krisis juga menuntut lahirnya kepemimpinan baru.

“Karena pada dasarnya, krisis adalah peluang dan tanda akan munculnya pemimpin baru. Jadi bukan dijawab dengan gerakan presiden tiga periode,” katanya dalam Gelora Talk bertajuk Ramadhan Tahun Ke-3 Dalam Suasana Krisis Berlarut, Apa Makna dan Pesan Islam, Rabu (6/4).

Menurutnya, saat ini Indonesia memerlukan seorang pemimpin baru yang kuat dan visioner. Selain itu, mampu mengelola krisis menjadi peluang. “Sehingga, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 harus menghasilkan adanya pemimpin baru,” ujarnya.

Dia menambahkan, krisis yang dialami dunia saat ini adalah pandemi, krisis ekonomi, hingga munculnya ancaman krisis pangan akibat dampak perang Rusia dan Ukraina. Dalam situasi kebingungan ini, negara-negara di dunia akan mengambil jalan pintas.

“Yakni melakukan langkah-langkah represif untuk mempertahankan dirinya di tengah gelombang protes massa yang terus menerus datang. Situasi tersebut, tentu saja bisa menyebabkan disintegrasi sosial,” tandasnya.

Khususnya pada negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, Rusia dan juga termasuk Indonesia. Sedangkan Wakil Ketua MUI Anwar Abbas berpendapat, berbagai persoalan bangsa saat ini bisa diselesaikan dengan kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

“Namun, akhir-akhir ini Pancasila kerap digunakan untuk memukul lawan. Yakni dengan mengatakan lawannya sebagai tidak Pancasilais. Padahal yang menggunakan Pancasila untuk memukul lawan tersebut justru tidak Pancasilais,” tegasnya.

Mereka, kata Anwar, justru tidak mengamalkan sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang seharusnya mendarah daging dan menjadi penentu dalam menentukan gerak dan ritme kehidupan.

“Negeri ini tidak dalam keadaan aman-aman saja. Oleh karena itu, kembalilah kepada Pancasila dan hukum dasar yang ada di negeri ini secara murni dan konsekuen. Jadi, Pancasila jangan hanya di bibir saja,” ucapnya.

kriris pemimpin baru represif Pancasila