Indonesia diyakini akan menjadi kiblat fesyen muslim dunia. Untuk itu, Kementerian Perdagangan berkomitmen memperkuat eksosistem industri halal melalui pengembangan fesyen muslim.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat beraudiensi dengan Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin. (Foto: Biro Pers, Media dan Informasi Setwapres)
“Salah satunya dengan penyelenggaraan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW),” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Rabu (30/3). Menurutnya, hal itu sesuai dengan arahan Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin saat Mendag beraudiensi sehari sebelumnya.
Secara global, konsumsi produk fesyen muslim dunia pada 2024 diprediksi mencapai 311 miliar dolar AS. Nilai ini akan naik dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 277 miliar dolar AS.
“Untuk itu, kami ingin menangkap dan menonjolkan potensi industri syariah Indonesia, yang salah satunya adalah fesyen muslim. Pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia,” ujarnya.
Sesuai dengan roadmap fashion muslim Indonesia, JMFW memiliki fokus strategi kegiatan selama 2022?2024. Pada 2022, fokus strateginya adalah penguatan merek.
“Tahun 2023, ditargetkan untuk penguatan jaringan dengan terjun langsung dalam peta fesyen internasional. Kemudian tahun 2024, ditargetkan untuk deklarasi Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia,” tandasnya.
Sebagai langkah awal, Kemendag telah menancapkan pilar melalui kegiatan Embracing Jakarta Fashion Week pada 2021. Acara inti JMFW diagendakan untuk dilaksanakan pada 20?22 Oktober 2022 mendatang.
“Yakni bersamaan dengan penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2022 di ICE BSD, Tangerang. Kegiatan JMFW diharapkan dapat memperkuat kompetensi sumber daya manusia,” tegasnya.
Promosi
Selain itu juga meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk ekspor serta meningkatkan akses pasar. Sekaligus juga meningkatkan promosi digital dan mengoptimalisasi peran perwakilan perdagangan.
Kegiatan JMFW merupakan inisiasi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag bekerja sama dengan KADIN Indonesia dan pemangku kepentingan terkait. Antara lain seperti perancang busana, merek fesyen, pelajar, perusahaan tekstil, merek kosmetik, merek aksesori fesyen, media dan pemerintah.
“Tujuan JMFW sebagai upaya meningkatkan dan membangun kepedulian para pemangku kepentingan serta masyarakat umum. Khususnya tentang potensi fesyen muslim Indonesia,” jelasnya.
JMFW juga diharapkan dapat mempromosikan Indonesia sebagai referensi tren muslim fashion yang menjadi kiblat fesyen muslim dunia. Melalui JMFW, dapat memperkuat branding produk fesyen muslim Indonesia.
“Yakni dengan keberagaman produk fesyen muslim yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar ekspor,” tukasnya. Untuk fesyen muslim, Indonesia berada di posisi ke-5 sebagai pasar terbesar dunia, berada di bawah Iran, Turki, Arab Saudi dan Pakistan.
Di sisi lain, Indonesia merupakan eksportir produk fesyen muslim ke-18 dunia. Eksportir utama produk tersebut adalah Tiongkok, Turki, India, Uni Emirat Arab dan Bangladesh.
Adapun populasi muslim Indonesia tercatat mencapai 231 juta. Sementara itu, populasi muslim dunia sebesar 1,9 miliar atau setara 26 persen total populasi dunia. Dengan jumlah populasi tersebut, kebutuhan terhadap produk halal juga cukup besar.