Perang antara Rusia-Ukraina akan menimbulkan lima dampak serius secara global, termasuk yang akan terjadi di Indonesia.
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta. (Foto: Gelora Media Center)
“Dampak pertama yang akan dirasakan, adalah terjadinya pendalaman krisis secara global, dengan naiknya harga-harga komoditas dan kelangkaan bahan pangan. Hal ini dialami semua negara, tidak hanya AS dan Uni Eropa, tetapi juga Indonesia,” kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia Anis Matta, Senin (14/3).
Menurutnya, Indonesia paling tidak aman secara pangan. Dimana sebagian besar sembako berasal dari impor. Antara lain cabai, garam, kedelai dan daging, yang semuanya impor.
“Dampak kedua adalah akan ada pembentukan aliansi-aliansi global baru secara politik, keamanan dan militer. Dimana Uni Eropa akan mendekat ke AS, sementara China-Rusia akan semakin dekat,” ujarnya.
Pembentukan aliansi global baru ini, cepat atau lambat, akan menyeret Indonesia. Dikatakan, Ukraina jadi korban karena pemimpinnya tidak mengerti dan tidak bisa memposisikan dirinya.
“Kita tidak ingin ini terjadi di Indonesia, tetapi elit-elit kita tidak menyadari soal ini. Padahal sangat berbahaya dan sangat genting. Selanjutnya, dampak ketiga adalah kemungkinan terjadinya revolusi sosial di setiap negara, termasuk yang akan terjadi di Indonesia,” tandasnya.
Revolusi tersebut akan menyebabkan terjadinya ancaman disintegrasi bangsa. Karenanya, dia mengingatkan untuk tidak under estimate dengan situasi tersebut. Termasuk, jangan meremehkan kasus minyak goreng dan naik-naiknya harga pangan.
“Karena bisa memicu revolusi sosial dan ancaman disintegrasi bangsa. Kemudian dampak keempat dari perang Rusia-Ukraina akan membuat semua pemimpin nasional di semua negara - termasuk Indonesia - menjadi bingung,” tegasnya.
Tidak Mengerti
Hal itu karena tidak memiliki jawaban untuk mengatasi krisis berlarut yang terjadi. Pemimpin nasional negara besar seperti Amerika Serikat, China, Rusia dan Indonesia dan negara-negara besar lainnya tidak mengerti harus bagaimana.
“Semua bingung tidak punya jawaban. Sehingga untuk bertahan, pemerintah mereka akan menggunakan cara kekerasan terhadap rakyatnya dalam penyelesaian setiap persoalan,” ucapnya.
Namun, kata dia, sikap tersebut, justru memicu 'pemberontakan' rakyatnya dan akan menjadi tren secara global. Masalah Papua yang tidak berhubungan, nanti akan ketemu relevasinya dan titik ledaknya.
“Bagaimana ceritanya investasi besar di Papua, tetapi gerakan separatisnya terus besar. Tentu ini menjadi tanda tanya. Jadi, jangan ngomong soal presiden tiga periode. Ini ancaman nyata di depan mata, jika tidak bisa ditangani oleh pemerintah,” tuturnya.
Lalu, dampak kelima adalah runtuhnya sistem global sekarang. Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) akan mengalami disfungsi dan seperti tidak bisa mengantisipasi krisis ekonomi berlarut.
“PBB juga akan semakin tidak berdaya, perang Rusia-Ukraina ini sesungguhnya perang antara Rusia dengan Amerika Serikat dan Barat (Uni Eropa). Perang ini tidak ada wasitnya, karena yang berperang adalah negara adidaya. Jadi dampak kelima ini, runtuhnya sistem global sekarang,” tukasnya.