Pemerintah didorong segera menghadirkan kebijakan sebagai antisipasi dampak perang Rusia-Ukraina.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (Foto: Biro Protokol, Humas dan Media DPD RI)
“Perang diperkirakan akan melibatkan banyak negara yang tentu akan berefek global. Salah satunya bagi Indonesia dan sudah pasti berdampak pada ekonomi Indonesia,” kata Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, Kamis (3/3).
Menurutnya, pemulihan ekonomi akibat pandemi semakin sulit dicapai karena perekonomian global juga terganggu. Sehingga, kondisi tersebut harus diwaspadai.
“Selain itu, konflik kedua negara pasti mempengaruhi kegiatan ekspor impor dari Indonesia. Karena Indonesia dengan Rusia maupun Ukraina mempunyai hubungan dagang yang baik,” ujarnya.
Dikatakan, perang tentu mengganggu aktivitas perdagangan kedua negara. Pada akhirnya keadaan ini membuat konsumsi maupun investasi di Indonesia stagnan.
“Selain perdagangan, dampak perang Rusia dan Ukraina bagi Indonesia adalah di bidang energi. Terkini harga minyak mentah dunia mulai melonjak yang memicu kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP),” tandasnya.
Fakta ini harus diperhitungkan dengan penuh kehati-hatian dan kecermatan oleh pemerintah. Kenaikan harga minyak pasti merembet pada harga sumber energi lain seperti listrik dan elpiji.
“Selanjutnya pasti berantai dengan naiknya harga sejumlah komponen dalam negeri. Belum lagi kenaikan harga minyak berdampak pada sektor lainnya, khususnya transportasi dan industri,” tegasnya.
Artinya, kata dia, Indonesia harus mengkalkulasi ulang strategi, kebijakan maupun program pemulihan ekonomi menyikapi eskalasi konflik tersebut. Indonesia juga harus memitigasi secara komprehensif, sehingga menghasilkan antisipasi yang tepat untuk meminimalisir dampaknya.
Sebelumnya, dia juga telah meminta pemerintah Indonesia untuk melakukan diplomasi tingkat dunia. Hal itu dalam rangka penyelesaian perang Rusia dan Ukraina. Apalagi posisi Indonesia sangat strategis sebagai Presidensi G20.