SDN 04 Medas, Sekolah Pertama di Indonesia yang Dibangun dengan Sampah Plastik
Wowsiap, SDN 04 Medas, sekolah pertama di Indonesia yang dibangun dengan menggunakan bahan daur ulang sampah plastik.
Wowsiap, SDN 04 Medas, sekolah pertama di Indonesia yang dibangun dengan menggunakan bahan daur ulang sampah plastik.
Kabat baiknya, banyak pihak yang memikirkan bagaimana menanggulangi limbah sampah yang setiap tahunnya kerap bertambah, terutama sampah plastik. Kabar mengenai pemanfaatan sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat datang dari wilayah Dusun Medas Bentaur, Desa Taman Sari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
SDN 04 Medas, pada tahun 2018 berubah menjadi kepingan reruntuhan usai diterjang gempa berkekuatan 6,4 skala richter. Melansir Radar Lombok, pembangunan SD yang ecobrick ini sejatinya diprakarsai oleh Classroom of Hope, organisasi non-provit asal Australia yang kerap melakukan gerakan pendirian sarana pendidikan di berbagai negara.
Bekerja sama dengan Pelita Foundation Lombok dan Pemprov NTB, pihak Classroom of Hope akhirnya menunjuk Block Solutions, perusahaan konstruksi bangunan rumah berbasis ramah lingkungan yang berasal dari Finlandia, untuk menggarap pembangunan SDN 04 Medas menggunakan bahan daur ulang sampah plastik tersebut.
Di Finlandia, bata ecobrick sudah lazim digunakan sebagai pondasi utama pada rumah atau hunian tempat tinggal. Secara lebih detail dalam pengelolaan bahan baku sampah plastik yang dimaksud, disebutkan bahwa butuh sebanyak dua hingga tiga ton sampah yang diolah menjadi bata untuk membangun tiap satu ruang kelas berukuran 6x10 meter yang ada di SDN 04 Medas.
Soal proses pembangunan, pendirian sekolah ini juga terbilang memangkas waktu yang cukup signifikan karena material ecobricks hanya perlu dirakit menggunakan tangan layaknya lego.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, saat meninjau pembangunan SDN 04 Medas di bulan Juni 2021 lalu.
“Alhamdulillah, kita dapat memanfaatkan sampah dan menjadi sumber daya untuk kita semua, penggunaan bata ecobrick ini sangat ringan, murah, aman saat gempa dan sangat cepat membuatnya. Sekolah ini saja merakit bloknya seperti lego hanya butuh waktu 5 jam, paling lama mebutuhkan waktu 1 minggu 10 hari,” jelas Rohmi dalam laman resmi Pemprov NTB.