Sudah sejak 2013, para ilmuwan di Afrika barat mencoba mencari tahu alasan virus Ebola dapat muncul Kembali di antara para penyintas. Meskipun sudah ada perawatan antibody dan vaksin yang efektif, infeksi sangat fatal ini masih terus kambuh, memicu wabah
Kera Merupakan Penyebar Virus Ebola, (Foto: @halodoc)
Melalui studi terhadap kera rhesus, ilmuwan menemukan tempat persembunyian potensial dari virus Ebola di dalam tubuh hewan primata tersebut. Metode penelitian sebelumnya menunjukkan Virus Ebola dapat menghindari sistem kekebalan manusia di beberapa tempat, seperti testis, mata, otak, dan sumsum tulang belakang, sebagaimnan dilansir dari Science Alert dan juga halodoc, yang dikutip Jumat (11/2/2022).
Tetapi studi kali ini merupakan penelitian pertama yang menunjukkan ke mana virus sebenarnya pergi selama pengobatan antibodi dan bagaimana patogen dapat muncul kembali.
Ilmuwan menganalisis otak 36 kera yang terinfeksi Ebola dna menemukan ada reservoir virus yang persisten di rongga berisi cairan di otak depan dan batang otak.
"Kami meemukan bahwa sekitar 20% kera masih memiliki infeksi virus Ebola persisten (kera sudah terapi antibodi monoklonal). Khususnya di sistem ventrikel otak, di mana cairan serebrospinal diproduksi, diedarkan, dan terkandung," jelas peneliti Xiankun (Kevin) Zeng dari US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases.
Dari hasil penelitian dua kera yang juga sudah diobati dengan antibodi monoklonal mati karena infeksi ulang Ebola. Selain otak, tidak ada bagian lain dari tubuh kera yang menunjukkan tanda-tanda infeksi ulang.
Kera jelas bukan manusia, tetapi respons fisiologis mereka terhadap Ebola cukup mirip dengan kita sehingga penelitian terkadang dapat diterjemahkan.
"Penelitian kami memperkuat kebutuhan untuk tindak lanjut jangka panjang dari penderita penyakit virus Ebola, bahkan termasuk penyintas yang diobati antibodi terapeutik, untuk mencegah (kekambuhan penyakit)," terang Zeng
Ebola adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada 1976. Virus Ebola sendiri awalnya hidup pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus.
Gejala yang ditimbulkan virus Ebola umumnya dirasakan pengidap dalam 5-10 hari setelah terinfeksi. Beberapa gejalanya, antara lain:
• Demam;
• Nyeri kepala yang berat;
• Menggigil;
• Lemah;
• Mual dan muntah;
• Diare yang dapat disertai darah;
• Mata merah;
• Ruam pada kulit;
• Nyeri dada;
• Batuk;
• Penurunan berat badan;
• Pendarahan dari mata, telinga, hidung, dan anus.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Ebola yang awalnya ditemukan pada hewan, seperti monyet, simpanse, dan primata lainnya. Virus Ebola disebarkan melalui kontak langsung darah atau cairan tubuh pengidap seperti urine, tinja, air liur, serta air mani, dengan hidung, mata, mulut, atau luka terbuka pada orang sehat.