Bank Mulai Kurangi Taruh Dana BI-SBN Untuk Genjot Kredit

Bank Mulai Kurangi Taruh Dana BI-SBN Untuk Genjot Kredit


Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, penurunan ini terlihat dari suplai uang dari bank sentral kepada perbankan terus meningkat. Sehingga, bank memiliki ruang untuk menyalurkan kredit lebih besar dari sebelumnya.

Hal ini juga didorong oleh mulai tumbuhnya permintaan kredit di bank umum yang pada Agustus ini sudah tercatat tumbuh sebesar 0,9% secara tahunan. Sedangkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih kencang sebesar 8,8% secara tahunan.

"Suplai uang dari bank sentral pertumbuhannya positif terus sejak Mei ini, otomatis uang yang diserap bank sentral turun, perbankan mempunyai cash yang lebih banyak dari sebelumnya dan itu akan memaksa mereka pada akhirnya untuk menyalurkan kredit," kata Purbaya, dalam konferensi pers, Rabu (29/9/2021).

Purbaya melanjutkan, dengan suplai uang yang bertambah ke sistem keuangan, hal ini diyakini akan berimbas pada penurunan bunga deposito dan pinjaman.

Tak hanya itu, kata Purbaya, sistem keuangan di Indonesia saat ini sudah cukup siap untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional yang sebelumnya terguncang akibat pandemi Covid-19.

Ini sesuatu yang positif buat saya optimis sekali, kita sudah betul-betul keluar dari ancaman yang membahayakan ekonomi Indonesia.

Sebelumnya, LPS mencatat kondisi likuiditas perbankan masih sangat longgar karena lesunya permintaan kredit baru akibat pandemi, ehingga bank masih menempatkan dananya di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan Bank Indonesia (BI).

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, kondisi likuiditas saat ini terbilang melimpah, terlihat dari rasio pinjaman terhadap simpanan perbankan atau loan to deposit ratio (LDR) yang saat ini berada di kisaran 80,66%."Artinya mereka punya uang banyak sebetulnya untuk menyalurkan kredit ke pengusaha maupun konsumen," kata Purbaya. Dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (16/7/2021).

Namun demikian, meski likuiditas cukup longgar, pertumbuhan kredit masih terkontraksi. Sampai dengan Mei lalu, penyaluran kredit masih minus 0,59% secara bulanan dan -1,28% secara tahunan, meski kondisinya sudah lebih dari baik dari posisi April lalu.

Oleh karena itu Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus mendorong dana perbankan agar dapat disalurkan ke sektor riil. Adapun KSSK terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan LPS.

"Kenapa [kredit] nggak tumbuh, uang tadi sebagian ada di sistem perekonomian, ada di BI atau di SBN, tapi sekarang KSSK sudah berusaha semaksimal mungkin uang itu akan tinggal," kata mantan Kepala Danareksa Research Institute ini. (*)