Benih Instabilitas 2021 berlanjut di 2022

Benih instabilitas yang terjadi sejak 2021, akan berlanjut di tahun 2022. Asumsinya cukup dengan memaknai kinerja terkini dari Densus 88 Anti-teror Polri.

Benih Instabilitas 2021 berlanjut di 2022

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. (Foto: Humas MPR RI)

Wowsiap.com - Benih instabilitas yang terjadi sejak 2021, akan berlanjut di tahun 2022. Asumsinya cukup dengan memaknai kinerja terkini dari Densus 88 Anti-teror Polri.

“Hingga penghujung 2021, Densus 88 Antiteror telah menangkap 370 orang terduga teroris. Jumlah ini lebih besar dibanding jumlah tangkapan tahun 2020 yang 232 orang,” kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Selasa (28/12).

Selain itu, kata dia, dari operasi pencegahan di Lampung, Densus 88 juga menyita sedikitnya 2.000 kotak amal.  Data ini memberi gambaran bahwa upaya pencegahan makin intens dan efektif.
 
“Sudah pasti bahwa jumlah tangkapan itu tidak dengan sendirinya bisa diartikan persoalan sudah selesai. Masalah riil-nya tetap mengemuka dan kelanjutan potensi ancamannya akan terus mengintai di tahun mendatang,” ujarnya. 

Sebab, mereka yang sudah ditangkap adalah anggota dari sejumlah jaringan kelompok atau sel teroris. Berarti, masih ada anggota jaringan yang belum tertangkap. Merekalah ancaman nyata bagi kehidupan masyarakat. Densus 88 anti-teror dipastikan terus bekerja, sementara kepedulian serta kewaspadaan masyarakat sangat diharapkan.

“Dari data tadi, kesimpulan lain bisa dikedepankan. Para aktor intelektual yang membentuk kelompok-kelompok teroris di dalam negeri, tidak lagi hanya fokus pada rekrutmen anggota baru, melainkan juga aktif mencari dana untuk membiayai ragam kegiatan sel-sel itu,” tandasnya.
 
Maka, dengan asumsi bahwa tahun 2022 menjadi periode percepatan pemulihan, aspek politik, hukum dan keamanan harus menunjukan kinerja yang mumpuni. Semua potensi ancaman harus diminimalisir, berapapun biayanya.

“Penangkapan sejumlah orang yang berstatus terduga teroris pada tahun ini, sudah pasti menimbulkan kemarahan rekan-rekannya. Mereka terus mengintai dan mencari kesempatan untuk melampiaskan dendam dan amarah mereka,” tegasnya.
 
Ditingkatkan
Dikatakan, kewaspadaan harus ditingkatkan sejak dini. Karena pada tahun mendatang, Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20. Akan banyak kepala negara dan kepala pemerintahan menjadi tamu negara.

“Mereka akan berkumpul di Bali pada penghujung Oktober 2022. Karena KTT G20 sudah terjadwal, forum itu berpotensi menjadi target sasaran dari sel-sel teroris di dalam negeri. Demi popularitas dan publikasi, sudah menjadi kebiasaan para teroris menyasar forum dengan level KTT yang dihadiri banyak kepala negara,” imbuhnya.
 
Memang, bisa dipastikan bahwa pemerintah bersama TNI-Polri dan intelijen negara sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir ancaman itu. Terpenting bagi semua elemen masyarakat adalah menyadari bahwa benih-benih instabilitas di tahun mendatang itu nyata.

“Sehingga, ketika aparat negara menindak para terduga teroris, langkah itu harus dipahami sebagai semata-mata tindakan penegakan hukum. Idealnya, semangat menutup ruang bagi kegiatan teroris harus menjadi tekad bersama,” ucapnya.

Sebab, para terduga teroris tetap saja berstatus benih instabilitas sekalipun mereka belum beraksi. Pembiaran terhadap benih-benih terorisme di negara ini, bisa menjerumuskan masa depan Indonesia ke dalam perangkap negara gagal. Risiko seperti inilah yang harus diperhitungkan semua pihak.
 
“Setelah melalui masa-masa sulit sepanjang tahun 2021 akibat pandemi COVID-19, dinamika kehidupan bersama diharapkan semakin membaik di tahun 2022 mendatang. Harapan ini wajar karena faktor pandemi yang terus melandai,” tuturnya.

Tetapi, harapan itu tidak boleh membuat semua komponen bangsa lengah. “Tetaplah waspada; tak hanya waspada pada virus Corona varian Omicron, tetapi juga waspada pada benih-benih instabilitas,” tukasnya.
 

benih instabilitas berlanjut Densus 88 Bambang Soesatyo