Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia Anis Matta mengatakan, solidaritas perlu dibangun pada tahapan mitigasi.
Tangkapan layar Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia Anis Matta dalam diskusi virtual Gelora Talk bertema Climate Change: Mitigasi Bencana dan Solidaritas Kita, Rabu (8/12). (Foto: Susilo)
“Yang kita perlukan adalah bagaimana menghindari adalah kerugian nyawa pada situasi bencana. Hal itu membawa kita pada kebutuhan fundamental untuk meninjau ulang tata ruang nasional,” tegasnya dalam diskusi virtual Gelora Talk bertema Climate Change: Mitigasi Bencana dan Solidaritas Kita, Rabu (8/12).
Sementara Koordinator Aktivis Pecinta Alam Sanggabuana Sofyan mengatakan, solidaritas akan cepat tumbuh pada kasus atau isu yang terkait dengan emosional manusia. “Jika dikelola, berpotensi menjadi sebuah gerakan,” tegasnya.
Adapun Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kadarsah mengatakan, apa yang diinformasikan terbatas pada meteorologi, klimatologi dan geofisika, terutama kegempaan dan tsunami. “Selain itu, BMKG selalu menginformasikan kondisi cuaca melalui berbagai kanal informasi,” ujarnya.
Komandan Blue Helmet International Sulfiadi Barmawi menjelaskan, perlu ada perbaikan interaksi antara manusia dengan alam dan sesama manusia. Dimana manusia perlu mengurangi ambisinya mengeksploitasi alam.
“Yang pada gilirannya memicu climate change dan bencana alam lainnya. Adapun untuk interaksi manusia dengan manusia adalah harus terbangun literasi dari yang paham kepada yang tidak paham. Yakni, akademisi yang paham kebencanaan, instansi/lembaga, pemerintah daerah dan masyarakat,” tukasnya.