Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh Robot Israel
Israel telah lama berusaha membunuh pria yang menurut mereka memimpin program persenjataan nuklir Iran ini. Pembunuhan atas Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat 27 November tahun lalu tersebut menjadi akhir dari berbagai ancaman dan upaya pembunuhan atasnya oleh pihak intelejen Israel, Mossad, selama sekurangnya 14 tahun terakhir.
Fakhrizadeh terbunuh setelah tubuhnya diberondong peluru dalam perjalanan bersama istrinya dari Absard. Penduduk setempat menyebutkan terdengar suara ledakan keras yang diikuti rentetan tembakan.
Penggunaan senjata robotik berteknologi artificial intelligence dalam pembunuhan Fakhrizadeh pertama kali dikemukakan oleh Jendral Fadavi, Deputi Komandan Garda Revolusi Iran.
Sebuah senapan mesin terpasang pada mobil pick-up Nissan yang "dilengkapi sistem satelit intelejen diarahkan kepada as-syahid Fakhrizadeh" dan "menggunakan artificial intelligence", ungkap Fadavi dalam sebuah upacara peringatan di Tehran, sebagaimana dikutip BBC (7/12/2020).
Senapan mesin tersebut "hanya tertuju pada wajah as-syahid Fakhrizadeh sehingga istrinya, meski hanya berjarak 25cm darinya, tidak tertembak", tutur Fadavi.
Fadavi juga menegaskan bahwa tidak ditemukan keberadaan pelaku di lokasi kejadian pada saat penembakan tersebut berlangsung, menurutnya "dari total 13 peluru yang ditembakkan, seluruhnya ditembakkan dari [senjata] dalam Nissan". Empat peluru mengenai kepala keamanan Fakhrizadeh "saat dirinya melemparkan diri" ke arah sang ilmuwan yang sedang dikawalnya, tambahnya.
Israel menggunakan senapan mesin model FN MAG buatan Belgia yang dipasang pada peralatan robotik canggih, ungkap the New York Times, merujuk pada keterangan sumber-sumbernya. Robot tersebut dipasang pada mobil pickup Zamyad, salah satu model mobil yang umum di Iran.
Kamera yang mengarah ke berbagai arah juga terpasang di mobil tersebut untuk menyediakan gambaran penuh tidak hanya atas target dan rincian keamanannya, tetapi juga lingkungan di sekelilingnya. Mobil tersebut juga dilengkapi bahan peledak untuk menghancurkan diri setelah pembunuhan terlaksana agar tidak menyisakan bukti.
Teknologi AI (artificial intelligence) diprogram untuk menyiasati getaran dan kecepatan mobil, juga delay antara gambar yang diambil kamera untuk sampai ke penembak jitu yang berada jauh dari lokasi, dan responnya mencapai ke senapan mesin, juga waktu yang dibutuhkan si penembak untuk bereaksi, yang diperkirakan selama 1,6 detik.
Sementara itu, juru bicara Menteri Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, menolak laporan the New York Times ini dalam konfrensi pers mingguannya sebagaimana dikutip the Jerusalem Post (19/9).