Peran Ekonomi Digital Makin Besar dalam Pembangunan Ekonomi
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan, peran ekonomi digital akan semakin besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, kawasan dan dunia.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan, peran ekonomi digital akan semakin besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, kawasan dan dunia.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. (Foto: Humas MPR RI)
Wowsiap.com – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan, peran ekonomi digital akan semakin besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, kawasan dan dunia. Saat ini, pertumbuhan sektor ekonomi digital di Indonesia telah mencapai di atas 40 persen per tahun.
“Dengan berinvestasi di sektor ekonomi digital Indonesia, menjadi pintu masuk bagi Amerika Serikat untuk membuka akses yang lebih besar lagi ke pasar ekonomi digital ASEAN yang saat ini bernilai lebih dari 100 miliar Dolar AS,” katanya, Senin (22/11).
Dikatakan, pada November 2020, pemerintah Indonesia dan AS telah menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) mengenai pendanaan infrastruktur dan perdagangan senilai 750 juta Dolar AS. Serta penandatanganan Letter of Interest (LoI) dari United States International Development Finance Corporation (DFC) yang akan menginvestasikan 2 miliar Dolar AS atau setara Rp 28,3 triliun untuk Sovereign Wealth Fund/SWF (Lembaga Pengelola Investasi di Indonesia).
Kedua perjanjian tersebut ditandatangani di akhir periode pemerintahan Presiden Donald Trump. Sehingga, KBRI Washington perlu mengawal jangan sampai ada perubahan di masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Dia menambahkan, KBRI Washington juga bisa memuluskan kembali rencana pemerintah Indonesia menarik Elon Musk berinvestasi di Indonesia. Tidak hanya pada sektor pengembangan kendaraan listrik Tesla, melainkan juga menjadikan Indonesia sebagai lokasi launching pad (landasan peluncuran roket) Space X.
“Pasca pembicaraan via telepon antara Presiden Joko Widodo dengan Elon Musk pada Desember 2020 lalu, Elon Musk sempat menyatakan ketertarikannya berinvestasi di Indonesia. Namun realisasinya hingga kini masih terkendala beberapa hal. KBRI Washington harus bisa menjadi problem solver,” ujarnya.
Dikatakan, pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik sangat menjanjikan. Mengingat Indonesia mempunyai sumber daya nikel dan kobalt yang besar. Bahkan sejak tahun 2018, Indonesia telah diakui sebagai raja nikel dunia karena menguasai 21 miliar ton atau sekitar 30 persen cadangan dan sumberdaya nikel dunia.
Indonesia juga memiliki kekayaan material komponen penting untuk industri baterai selain nikel. Antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga, dan 43 miliar ton mangan. Sebagai salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam mengembangkan kendaraan listrik, Jokowi telah mengeluarkan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.
“Indonesia juga sudah mendirikan Indonesia Battery Corporation (IBC). Sebuah holding yang dibentuk oleh empat BUMN, yaitu PT. Indonesia Asahan Aluminium, PT. Aneka Tambang Tbk, PT. Pertamina, dan PT. PLN, untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air,” paparnya.