Kerajinan Tenun Ikat Kepala, Jadi Andalan Komuditi Perempuan Kedang
Wowsiap.com – Menekuni tenun ikat kepala menjadi hal yang lumrah dan suatu keharusan bagi wanita di wilayah Kedang. Ketentuan ini menjadi sesuatu yang wajib bagi seorang anak gadis yang tidak bekerja atau belum melanjutkan sekolah.
Wowsiap.com – Menekuni tenun ikat kepala menjadi hal yang lumrah dan suatu keharusan bagi wanita di wilayah Kedang. Ketentuan ini menjadi sesuatu yang wajib bagi seorang anak gadis yang tidak bekerja atau belum melanjutkan sekolah.
Tenun Ikat Kepala Kedang Biasa Digunakan Upacara Adat Kebudayaan. (Foto: Istimewa)
Wowsiap.com – Menekuni tenun ikat kepala menjadi hal yang lumrah dan suatu keharusan bagi wanita di wilayah Kedang. Ketentuan ini menjadi sesuatu yang wajib bagi seorang anak gadis yang tidak bekerja atau belum melanjutkan sekolah.
Kedang merupakan sebutan satu nama daerah yang berada dalam dua kecamatan Buyasuri dan Omesuri. Kedua kecamatan itu mengelilingi kaki Gunung Uyelewun. Orang atau pengunjung yang ingin singgah ke tempat ini harus melakukan perjalanan darat selama 3 jam dari pusat Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur.
Di wilayah Kedang ini, hampir sepenuhnya komuditas ekonomi masyarakatnya yang berada di pesisir pantai adalah pengrajin ikat kepala. Umumnya, pengrajin tenun ikat kepala di Kedang adalah para perempuan. Hasil tenun ikat kepala di daerah ini memiliki bentuk yang indah, terutama pada corak yang dilengkapi garis-garis berwarna yang tersusun rapih dengan berbagai macam motif. Karena rajutannya yang indah tak heran jika hasil tenun ikat kepala Kedang banyak diburu orang, terlebih pendatang yang sedang tamasya ke tempat ini.
Menurut Sadiyah Nasban, pengrajin dan penjual ikat kepala yang kini berusia 67 tahun, secara adat kain tenun ikat kepala ini digunakan warga setempat sebagai pelengkap acara adat. Sebab, ikat kepala tenun ini jadi sebuah seragam costum apabila digelar acara adat yang bertema budaya, seperti ritual Uma Rotang, maka semua yang hadir diharuskan memakai kain tenun ikat Kedang sebagai bawahan.
Kain ikat kepala Kedang terkenal memiliki empat motif yakni, Garuda, Nulur Weri, Biti dan Mowa. Masing-masing motip memiliki harga yang berbeda-beda. Hal ini debabkan karena, lamanya waktu dalam pembuatannya dan tingkat kesulitan dalam pengerjaannya.
Sadiyah, merinci harga serta lamanya pembuatan masing-masing motif tenun ikat kepala.
1). Motif garuda dibuat memakan waktu sekitar lima hari, harga jual pasaran Rp 400.000 per potong.
2). Motif Nulur Weri, harga jual dipasaran sekitar Rp 250.000 per potong, pengerjaannya tiga hari.
3). Motif Biti, dijual dengan harga Rp 250.000 dengan pengerjaan sekitar tiga hari.
4). Motif Mowa, harga jual di pasaran Rp 350.000 per potong lama pengerjaan empat hari.
Pembuatan tenun ikat kepala ini dimulai dari proses Neke ke Nane atau bisa disebut membuat kerangka kain tenun, proses ini memerlukan waktu beberapa jam saja, dilakukan dengan dua orang. Selanjutnya, Tang Nane atau proses dimulainya menenun. Tang Nane hanya dilakukan oleh satu orang ahli, yang satu potong tenun memerlukan beberapa hari untuk mengerjakannya. Proses akhirnya, menjahit ulang tenun setelah selesai, barulah kain tenun ini dijual.
Jika dibilang usaha tenun Kedang adalah penghasilan utama masyarakat didaerah ini, mungkin tidak terlalu berlebihan. Pasalnya, ada seorang perempuan yang sudah menjanda bisa menghidupi biaya makan dan sekolah anak-anaknya, bahkan ada yang sampai mencapai sarjana. Hanya dengan tekun mengandalkan keahliannya membuat tenun ikat kepala.