Wow, Panglima TNI Kenang Kisahnya Saat Jadi Taruna
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bernostalgia mengenakan helm dan senjata yang dipakainya saat menjadi Taruna AKABRI. (Puspen TNI)wowsiap - Menjadi Panglima TNI, tentu tak pernah terpikir oleh Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Apalagi, banyak kisah yang dilalui selama 39 tahun, sejak Hadi menjadi Calon Taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (sekarang Akademi Militer) pada tahun 1982.
Termasuk pada saat pendaftaran, saat mengikuti seleksi di Lembah Tidar dan saat ada yang tidak lulus. Atau, ada juga yang lulus masuk Akmil, namun tidak seperti yang mereka cita-citakan.
Hadi menuturkan, banyak tempat di Akmil yang menyimpan kenangan. Salah satunya Kali Baben di lingkungan Akmil, yang telah merendam Perwira TNI-Polri tidak terbilang jumlahnya. Demikian pula dengan Gunung Tidar dan sekitarnya, serta masyarakat Magelang yang begitu perhatian saat taruna melaksanakan Latihan.
“Saya ingat ada taruna yang pernah dihadiahi kalung pepaya dan harus dibawa terus berhari-hari,” kenangnya saat memimpin acara reuni 35 Tahun pengabdian Ikatan Alumni Akabri 86 (Adem 86) di Akmil, Magelang, Senin (20/9).
Saat itu, Panglima TNI juga mengaku dirinya dan kawan-kawannya sering dihukum karena kesalahan. Antara lain, tidak boleh menggunakan dalaman helm dan hanya helm luarnya saja. “Jadi kalau lari, helm tidak stabil lari kanan kiri,” ungkapnya bernostalgia.
Kejepit
Begitu pula dengan senjata. Dimana pertama kali diberikan lalu memegang dan mengutak-atiknya. Namun saat sedang dimainkan, tangannya malah kejepit. Demikian pula saat setiap pagi diperintahkan memeriksa kebersihan senjata, namun ada saja yang masih kurang bersih.
Saat itu, Hadi juga bernostalgia dengan menggunakan helm dengan nomor Akademi 335, sesuai dengan nomor helm yang dahulu digunakannya. Dia dan juga menyandang senjata yang dulu digunakan sebagai senjata Taruna.
Selanjutnya para Taruna menjalani kehidupan sesuai matra di masing-masing Akademi. Baik di Akmil, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara dan Akademi Kepolisian. Hingga pada akhirnya, mereka lulus dan dilantik menjadi Letnan Dua pada Upacara Prasetia Perwira di Istana Negara pada tanggal 20 September 1986.
Prasetia Perwira tersebut merupakan langkah awal pengabdian Adem 86 kepada bangsa dan negara, baik sebagai Prajurit TNI maupun Bhayangkara Polri. “Hingga hari ini, pengabdian Adem 86 yang telah melewati tiga dasawarsa. Sekaligus menjadi momentum yang sangat berarti bagi kita semua. Hal itu karena Adem 86 telah memberikan dharma bhakti serta karya nyata terbaik bagi TNI dan Polri, masyarakat, bangsa dan negara,” tegasnya.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan, saat ini sebagian keluarga besar Adem 86 telah memasuki masa purna tugas. “Pada kesempatan yang ini, saya juga menyampaikan mohon doa restu rekan-rekan semua, agar Adem 86 yang masih aktif dapat menyelesaikan tugas pengabdian dengan baik, aman dan lancar sampai akhir masa bhakti di TNI dan Polri,” ucapnya.