Ras Melanesia Belum Punya Tokoh Besar

Anggota DPD RI Filep Wamafma menyatakan, ras Melanesia belum punya tokoh besar yang mampu mempersatukan semua orang dari hulu sampai hilir, dari gunung sampai pantai, dari hutan sampai perkotaan. Namun kalaupun ada, biasanya nasib tokoh ini tidak lama.

Ras Melanesia Belum Punya Tokoh Besar

Anggota DPD RI Filep Wamafma menyatakan, ras Melanesia belum punya tokoh besar yang mampu mempersatukan semua orang dari hulu sampai hilir, dari gunung sampai pantai, dari hutan sampai perkotaan. Namun kalaupun ada, biasanya nasib tokoh ini tidak lama.

Anggota DPD RI Filep Wamafma. (Foto: Istimewa)
Wowsiap.com – Anggota DPD RI Filep Wamafma menyatakan, ras Melanesia belum punya tokoh besar yang mampu mempersatukan semua orang dari hulu sampai hilir, dari gunung sampai pantai, dari hutan sampai perkotaan. Namun kalaupun ada, biasanya nasib tokoh ini tidak lama.

“Ketiadaan tokoh ini menyebabkan masyarakat rumpun Melanesia hanya mampu ikut memilih saja, tanpa mampu menampilkan putra-putri terbaiknya untuk dipilih. Semua persoalan di atas seharusnya memberikan inspirasi bagi anak-anak ras Melanesia untuk mulai bertanya pada diri sendiri, kapankah ras Melanesia menjadi presiden RI,” ujarnya.

Menurutnya, inspirasi tersebut memberi motivasi agar peta politik masyarakat mampu melahirkan, membesarkan dan memberi jalan luas bagi tokoh publik dari rumpun Melanesia. Sehingga diakui di kancah nasional.

“Sudah saatnya ruang-ruang politik ras Melanesia bersatu, membawa nama-nama yang bisa bersaing di khazanah politik Indonesia. Keterpecahan politik yang disebabkan oleh ambisi pribadi maupun kelompok, seringkali menghambat lahirnya tokoh politik dari ras Melanesia,” ujarnya.

Dengan kata lain, perjuangan politik ras Melanesia masih sangat diaspora, menyebar tanpa koordinasi. Bila hal ini tidak dilakukan, maka sampai kapanpun ras Melanesia tidak bisa menjadi presiden di Indonesia.

Dalam alur yang sama, kata dia, peran media pun sangat dibutuhkan dalam membesarkan tokoh politik dari ras Melanesia. Bila media-media mainstream nasional masih hanya berfokus pada publik figur di wilayah Jawa, maka kesempatan bagi tokoh publik rumpun Melanesia semakin meredup. “Jadi, mau tidak mau, hanya orang Melenesia sendirilah yang bisa menempatkan dirinya sendiri di bentara politik Indonesia,” tegasnya.

Seperti diketahui, sebuah media massa merilis angka elektabilitas beberapa figur politik, yang diperkirakan menjadi calon presiden setelah Joko Widodo. Survei yang dilakukan sejak 26 September-9 Oktober 2021 tersebut dilakukan terhadap 1.200 responden di 34 provinsi, melalui wawancara tatap muka.

Nama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo berada di elektabilitas tertinggi yaitu 13,9 persen. Di bawah kedua nama itu, ada Anies Baswedan dengan elektabilitas 9,6 persen. Disusul Ridwan Kamil (5,1 persen), Tri Rismaharini (4,9 persen), Sandiaga Uno (4,6 persen), Basuki Tjahaja Purnama (4,5 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (1,9 persen), Mahfud MD (1,2 persen), dan Gatot Nurmantyo (1,1 persen).