Dalam konferensi pers untuk mempromosikan penerbitan edisi Korea baru dari novel keduanya "Pachinko" (2017), dia mengatakan meningkatnya popularitas global budaya pop Korea Selatan
Novel Pachinko
Dalam konferensi pers untuk mempromosikan penerbitan edisi Korea baru dari novel keduanya "Pachinko" (2017), dia mengatakan meningkatnya popularitas global budaya pop Korea Selatan, yang dikenal sebagai "hallyu", telah menciptakan sinergi di AS untuk membawa lebih banyak perhatian pada karya-karya novelis Korea-Amerika seperti dia.
"Saya juga mendapat manfaat dari (gelombang Korea) sebagai orang Korea-Amerika," katanya dalam bahasa Inggris, dikutip dari Yonhap, Selasa (9/8/2022).
"Saya berterima kasih atas seni dan tulisan luar biasa yang datang dari Korea. Mereka adalah orang-orang yang telah berkorban untuk menjadi penulis, pelukis, pembuat film, aktor, dan penyanyi," tambahnya.
Dia mengatakan ada banyak penulis Korea-Amerika di AS, termasuk Younghill Kang dan Ronyoung Kim, yang kehadirannya hampir tidak terasa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Korean wave telah membantu menciptakan jenis wave lain di Amerika.
"(Artis Korea) melakukan banyak pekerjaan. Saya melakukan pekerjaan, dan orang lain di negara saya di Amerika juga melakukan pekerjaan," katanya.
"Jadi di seluruh dunia, kami memiliki semacam gelombang hallyu dan sebagai tanggapan, jenis gelombang lain. Itulah sinerginya," imbuhnya.
"Pachinko" adalah novel sejarah epik tentang keluarga Korea yang berimigrasi ke Jepang selama era kolonial 1910-1945. Ini menggambarkan kesulitan dan diskriminasi sosial yang dialami keluarga di Jepang sebagai orang Jepang Korea selama lebih dari 70 tahun.
Itu diadaptasi ke serial TV populer senama yang diproduksi oleh Apple TV+ pada tahun 2022, dibintangi aktor Korea Youn Yuh-jung, Lee Min-ho dan Kim Min Ha.
“Saya menulis buku ini dengan harapan yang sangat kuat bahwa saya percaya kisah orang Korea-Jepang dan sejarah mereka sangat penting untuk memahami identitas orang Korea di seluruh dunia,” kata penulis yang menjadi penulis penuh waktu dari seorang pengacara.
"Memiliki kesempatan untuk berbagi cerita ini dengan khalayak seluas mungkin sangat penting bagi saya," katanya.
Ia berharap generasi muda menjadi lebih tertarik pada sejarah melalui "Pachinko" dengan cara mencari siapa mereka dan dari mana identitas mereka berasal.
“Identitas adalah wadah yang tidak berarti dan kosong tanpa memahami sejarah,” ujarnya.
"Bagaimana cara membuat sejarah menarik? Saya harus menceritakan kisah yang menarik. Sejarah hanyalah fakta, peristiwa, pemenang dan pecundang, tidak menarik," ujarnya menambahkan.
Untuk proyek berikutnya, dia sedang mengerjakan sebuah novel berjudul "American Hagwon," yang menggambarkan kegemaran orang Korea akan pendidikan. Hagwon adalah kata dalam bahasa Korea untuk lembaga swasta nirlaba atau sekolah menjejalkan.
"Saya menulis buku ini karena saya tertarik dengan pendidikan dan mengapa pendidikan sangat penting bagi orang Korea di seluruh dunia, bukan hanya di Korea," katanya.
"Di Korea, sangat sering, pendidikan terkait erat dengan status, pangkat, dan hierarki. Saya menemukan itu sangat menarik. Jadi saya sedang mengerjakannya sekarang," kata dia menambahkan.