Tuberkulosis atau TBC

Awalnya Takut, Lama Kelamaan Cinta sebagai Kader TB

Ketika datang sebuah penawaran, setelah mengamati orang-orang di sekitar, dia tanpa ragu dan berpikir terlalu lama menerima ajakan wanita bernama Fitriani.

Awalnya Takut, Lama Kelamaan Cinta sebagai Kader TB

Zakiah Alatas kader TB Puskesmas Kecamatan Cengkareng sedang melakukan investigasi kontak dengan pasien TB.

Wowsiap.com - Ketika datang sebuah penawaran, setelah mengamati orang-orang di sekitar, dia tanpa ragu dan berpikir terlalu lama menerima ajakan wanita bernama Fitriani. 

Siang itu di awal Februari 2015, ada acara kunjungan Jumantik (Juru Mantau Jentik) tenaga medis Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat ke lingkungan RW 9 Kelurahan Cengkareng Barat. 

Fitriani salah satu perawat sebagai Jumantik juga Jumantuk (Juru Mantau Batuk) bertemu Zakiah Alatas seorang kader Jumantik, dan meminta dia menjadi kader TB. 

Tuberkulosis atau TBC atau TB, menggelitik keingintahuan ibu enam anak dan delapan cucu itu. Setelah bertanya tentang cara kerja dan tugasnya sebagai kader TB dan hasilnya mendapat jawaban yang memuaskan dari Fitriani bahwa penularan TBC dapat dicegah dengan cara kerja yang baik dan aman. 

"Bu Zakiah mau nggak jadi kaderTB, Saya jawab kader TB apa yah? Kata bu Fitriani TB itu penyakit menular, dan bu Zaki hanya mendatangi pasien sesuai data datang yang kami (Puskesmas Kecamatan Cengkareng) miliki. Istilahnya investigasi kontak dengan mengambil sampel dahak ," kata Zakiah meniru perkataan Fitriani saat itu . 

"Jujur awalnya saya takut karena menularnya itu. Tapi kok hati nurani saya berkata lain dan setelah dijelaskan bagaimana cara agar kita tidak tertular TBC, cara pencegahannya. Saya hari itu juga mengiyakan tawarannya," kenang Zakiah.

Semuanya berawal dari hati nurani, menolong orang sakit adalah salah satu ibadah, ditambah mendapat restu suami,  hingga saat ini Zakiah masih menjadi kader TB Puskesmas Kecamatan Cengkareng. 

Proses pelatihan tata cara pendampingan pasien TB, suspek TB serta cara kerja kader, di antaranya mencari suspek TB, mengantar suspek TB untuk melakukan pemeriksaan dan apabila dinyatakan positif oleh petugas medis maka wajib melakukan pengawasan pengobatan selama enam bulan, menjadi rutinitasnya sejak lima tahun lalu.

Selain itu Zakiah memberi semangat kepada para pasien TB yang positif. 

Mengemban tugas perjuangan sebagai kader TB, dia mengaku tugas itu menjadi amanah baginya, meski dalam melaksanakan tugas kerap mendapat penolakan dari warga yang terindikasi suspek TB dengan karakteristik orang yang beragam. 

Bahkan terkadang ada yang diajak berobat namun justru menolak bahkan mengusirnya.

"Penolakan dalam artian tidak welcome oleh pasien dan keluarga pasien. Kalau pasiennya dia bilang ngga sakit, tapi kan saya punya data Puskesmas jika dia pasien TB. Saya kasih pendekatan ke dia kalau dia perlu secepatnya diobati, dan segudang informasi untuk meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan bagi pasien sendiri, keluarga dan orang-orang sekitarnya, akhirnya pasien dan keluaga pasien luluh juga,"cerita Zakiah di kediamannya di Jalan Jaya Raya 10, RT 08/09 Menceng, Cengkareng kepada Wowsiap.com, Senin (4/7/2022). 

Ketika keluarga pasien luluh, Zakiah kemudian memberikan dua pot dahak untuk satu orang. Dia pun memberi petunjuk, satu pot untuk dahak setelah  bangun tidur, dan satu pot lagi untuk dahak satu jam sesudah sarapan. Dan dahak-dahak itu nanti kader yang  ambil dari rumah pasien. 

"Kesulitan lainnya saat ditanya darimana dan mau apa saat kita mau ke rumah pasien. Untuk merahasiakan kunjungan ke pasien TB, saya jawab hanya mau berkunjung dan tidak menyebutkan kalau yang kita kunjungi pasien TB, takut masyarakat mengucilkan. Nah ini yang sulit, jika data pasien saat kita kunjungi sudah pindah. Meski begitu, saya tetap  mencarinya kalau pindahnya masih sekitaran Cengkareng. Karena saya berfikirnya dia membawa penyakit menular, maka nya saya harus bertemu untuk investigasi kontak," kata Zakiah. Permasalahan stigma negatif penyakit TB memang masih ada, sehingga kita perlu terus - menerus melakukan penyuluhan untuk menghapus stigma negatif tersebut, agar pasien - pasien TB bisa lebih nyaman dalam menyelesaikan pengobatan.

Sebagai kader TB Zakiah mengaku diwajibkan menjadi kader yang handal dalam melakukan penyuluhan TB, menemukan orang yang terduga TB, membawa terduga TB ke Puskesmas, memantau pengobatan sesuai saran petugas kesehatan, melakukan pendampingan dan pembinaan pengawas menelan obat (PMO) hingga tahap pencatatan dan pelaporan. 

Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Cengkareng dan Cengkareng Barat. 

"Untuk pasien TB positif, dikasih
pengobatan pertama, yakni obat warna merah dan sesuai berat badan. Misalnya berat badan 50 kg, dikasih tiga obat, diminum sekaligus (tiga obat itu), waktunya sebelum sarapan saat perut masih kosong," ungkap Zakiah. 

"Setelah dua bulan pasca pengobatan pertama, dicek lagi dahak pasien. Kalo hasilnya sudah negatif, obatnya ganti warna kuning. Minum obatnya seminggu tiga kali. Pada hari Senin tiga obat, Rabu tiga obat dan Jumat juga tiga obat," sambung Zakiah. 

Menjadi kader TB sungguh suatu anugerah yang Zakiah miliki. 

"Saya memang kader Jumantik. Saya juga kader Posyandu. Tapi saya lebih cinta sebagai kader TB. Sebab di sini saya banyak melihat ketidaktahuan orang-orang tentang TB (tahunya batuk saja). Dan kebanyakan mereka yang kena penyakit TB dari kalangan menengah ke bawah. Jadi dari situ banyak melihat sudah kesusahan terus  kena TB. Meski pasien dan suspec TB tahu pengobatan gratis, tapi mereka tak mau ke Puskesmas karena alasan jauh dan tak punya uang untuk ongkos pergi ke sana (puskesmas)," kata Zakiah. 

Dalam. perjalanan menjadi kader TB, Zakiah pernah menemukan pasien TB yang telat berobat lantaran keluarganya tak mengetahui jika penyakit TB itu dapat menular dan memburuk juga tidak diobati dengan baik.

"Saya bawa pasien itu pakai motor mas ke Puskesmas Cengkareng. Dia tinggal sama saudaranya karena sudah  bercerai dengan istrinya. Saudara minta agar dirawat. Namun pasien TB bisa dirawat kalau ada penyakit lainnya misalkan diabetes," kata Sumijo suami Zakiah yang juga kader TB.

Bertugas sebagai kader TB dirinya mengaku bahagia menjadi kader kesehatan yang bergerak dalam pemberantasan TB. Tahun 2017, Zakiah mendapat sertifikat yang menyatakan telah menyelesaikan pelatihan bagi kader TB.

Walaupun sebagai kader, Zakiah pun punya harapan kpada Puskesmas juga Pemerintah dalam penanggulangan TB. 

"Untuk puskesmas,saya mengharapkan supaya kader-kaderTB dapat fasilitas APB untuk turun ke lapangan, seperti masker, sarung tangan dan vitamin. Dan kalau bisa puskesmas meloby pasien-pasien ya g sudah positif untuk segera investigasi kontak eratnya," pinta Zakiah. 

"Harapan saya supaya Pemerintah bisa menangani lebih serius lagi masalah TB,karena TB ini penyakit menular yang harus ditangani secara serius, jangan hanya Covid saja yang difasilitasi sebagai penyakit yang harus segera ditangani secara urgent. TBC juga harus segera ditangani segera. Sebab yang saya lihat selama ini,untuk masalah TBC, Pemerintah diharapkan lebih perhatiannya karena TBC adalah penyakit menular dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera diobati, dan Indonesia peringkat kedua penyakit TBC di dunia," sambung Zakiah. 

Berita terkini Fitriani Zakiah alatas kader TB puskesmas Kecamatan cengkareng pasien TB Tuberkulosis TBC TB