Pemerintah terus menggalakkan program migrasi mobil berbahan bakar fosil (BBM) ke kendaraan listrik. Apalagi, potensi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia sangat menjanjikan.
Presiden Joko Widodo, Ketua DPR RI Puan Maharani, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dan Menparekraf Sandiaga Uno saat menyaksikan Jakarta E-Prix 2022. (Dok. Bambang Soesatyo)
“Keberhasilan tersebut menunjukan bahwa Indonesia siap menggelar berbagai kejuaraan balap internasional. Saya optimistis, ajang balap mobil listrik kedepan akan semakin digemari oleh para pecinta otomotif di Indonesia,” kata Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo di Jakarta, Minggu (5/6) malam.
Menurutnya, hal itu sejalan dengan program pemerintah, yang terus menggalakkan program migrasi mobil berbahan bakar fosil (BBM) ke kendaraan listrik. Apalagi, potensi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia sangat menjanjikan.
“Dalam road map pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi sepeda motor listrik pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 13 juta unit. Sedangkan mobil listrik mencapai 2,2 juta unit,” ujarnya.
Dia menuturkan, Presiden Joko Widodo pun telah mengeluarkan regulasi guna mempercepat migrasi mobil berbahan bakar BBM ke kendaraan listrik. Regulasi tersebut adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai pada 12 Agustus 2019.
“Penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM, akan mengurangi konsumsi BBM dan beban subsidi yang harus ditanggung negara. Selama tahun 2014-2019, jumlah subsidi BBM mencapai Rp 700 triliun,” tandasnya.
Sementara Di APBN 2021, subsidi untuk BBM jenis tertentu mencapai Rp 16,6 triliun. Penggunaan kendaraan listrik juga menjadi salah satu solusi menekan ketergantungan impor BBM.
“Mengingat dari kebutuhan minyak mentah 1,3 juta barel per hari (bph). Namun Indonesia hanya bisa memproduksi setengahnya yakni sekitar 700 ribu bph,” tegasnya.
Pengembangan kendaraan listrik sekaligus memaksimalkan potensi sumber daya bahan baku baterai untuk kendaraan listrik. Sejak 2018, Indonesia telah diakui sebagai raja nikel dunia dan diyakini menguasai hampir 30 persen atau sekitar 21 miliar ton cadangan dan sumberdaya nikel dunia.
“Selain nikel, Indonesia juga kaya akan material komponen penting untuk industri baterai. Antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga dan 43 miliar ton mangan,” tukas Ketua MPR RI tersebut.