Tuberkulosis atau TBC

TBC Tak Kalah Dahsyat dengan Covid-19, Pemberitaan Harus Masif

tengah pandemi Covid-19, upaya mengangkat persoalan terkait Tuberkulosis (TBC) dalam peliputan media masih menuai tantangan tersendiri.

TBC Tak Kalah Dahsyat dengan Covid-19, Pemberitaan Harus Masif

Dwi Christianto

Wowsiap.com - Di tengah pandemi Covid-19, upaya mengangkat persoalan terkait Tuberkulosis (TBC) dalam peliputan media masih menuai tantangan tersendiri.

Padahal TBC termasuk salah satu penyakit mematikan atau penyebab utama kematian. 

Persoalan TBC seolah terpinggirkan di tengah arus informasi Covid-19 yang saat ini gencar diwartakan. Sekali lagi, dampak TBC tidak kalah berbahayanya 

Dari data yang dirilis pada 2019, WHO menempatkan Indonesia pada peringkat ketiga di dunia kasus TBC terbanyak, setelah India dan Tiongkok (2,4 juta kasus dan 889 ribu kasus).

WHO mencatat kasus TBC di Indonesia mencapai 845 ribu, sekitar 24 ribu kasus resisten obat. Dari angka tersebut, hanya 69 persen atau sekitar 540 ribu kasus yang ditemukan dan diobati. Total kematian mencapai 98 ribu jiwa.


Menurut Dwi Christianto pembicara di acara pelatihan bagi jurnalis strategi pemberitaan TBC di Media yang berlangsung di Hotel Hemangini Kota Bandung pada Kamis (19/5/2022), selaku pimpinan redaksi, editor harus bisa menerapkan jurnalis empati sebagai bekal peliputan kepada reporternya masing-masing. 

Dalam hal ini terkait peliputan penderita TBC. Perlunya juga manajemen peliputan dalam menghadapi pasien TBC.


Dwi Kristianto juga mengamini pemberitaan TBC tak sedahsyat Covid-19. Ia juga meminta agar media terus menerus menyuarakan berita TBC. 

"Iya memang harus ada regulasi seperti Covid-19 dalam pemberitaan TBC. Sehingga bisa masif. Itu jadi PR kita bersama agar pemberitaan TBC semasif Covid-19," harapnya.

Tuberkulosis TBC Dwi Christianto WHO Covid-19