Kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) dipastikan menguatkan ekonomi Indonesia, khususnya ekonomi umat.
Menteri BUMN Erick Thohir. (Dok. Kementerian BUMN)
“Padahal, kekayaan Indonesia sangat luar biasa untuk menjadi negara produksi,” kata Menteri BUMN Erick Thohir saat menghadiri acara halal bihalal di Pasuruan, Jawa Timur, yang dikutip di akun instagram @erickthohir pada Minggu (8/5).
Menurutnya, sejauh ini ekosistem yang terbangun di bangsa ini bukan ekosistem Indonesia. Dimana masyarakat Indonesia masih terjebak dengan ekosistem yang dibuat negara lain.
“Kita harus membangun ekosistem Indonesia, bukan ekosistem China, bukan Amerika akan tetapi ekosistem Indonesia. Khususnya di era perubahan yang terjadi saat ini,” ujarnya.
Dikatakan, dirinya sejak lama telah mendorong agar terbentuknya BSI bisa menguatkan ekonomi umat. Kehadiran BSI juga mulai terlihat dan mampu bersaing dengan bank-bank lainnya.
“Penggabungan dari bank-bank BUMN seperti Mandiri Syariah, BRI Syariah dan BNI Syariah, setelah digabungkan menjadi bank nomor tujuh terbesar di Indonesia. Jadi tidak kalah dengan BCA, BNI dan BRI,” tandasnya.
Dimana nilai asetnya sudah mencapai Rp 360 triliun. Dia menegaskan, bank tersebut ditugaskan untuk membangun ekonomi umat.
“Yakni menciptakan muslimpreuner, membangkitkan industri halal. Yang mana selama ini kita hanya membeli,” tegasnya.
Perhatian
Erick menjelaskan, langkah BUMN mendekati pondok-pondok pesantren, mendapat perhatian dari publik. Padahal, langkah tersebut semata-mata untuk mendorong para santri menjadi muslimpreneur.
“Karena pesantren sendiri adalah jendela masa depan bangsa Indonesia. Pesantren merupakan mercusuar peradaban dan harus dibangun ekosistem ekonomi umat,” ucapnya.
Hal itu supaya terjadi ekosistem besar, dimana menjadi pertumbuhan ekonomi. Indonesia juga harus menjadi bangsa yang lebih mandiri.
“Percuma kita merdeka, kalau tidak berdaulat. Kita harus kembali instrospeksi diri sendiri,” imbuhnya.
Dia menambahkan, kehadirannya adalah untuk memenuhi undangan dari Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Yakni untuk membicarakan rencana pengembangan potensi wisata di kota tersebut.
“Salah satu kenapa saya diundang adalah untuk sinergitas aset BUMN dengan visi Gus Ipul. Yang mana menjadikan Pasuruan tempat wisata,” tuturnya.
Hal itu dirasanya sangat tepat. Sebab industri pariwisata Indonesia itu tamu asingnya hanya 28 persen dan menghasilkan Rp 300 triliun.
“Sedangkan wisatawan lokalnya 72 persen dan menghasilkan Rp 1.400 triliun. Kenapa kita sebagai bangsa lebih berpikir melayani bangsa asing dibandingkan memproritaskan melayani bangsa kita sendiri,” jelasnya.
Sebab tidak mungkin seluruh kota wisata di Indonesia, bisa dihadiri oleh turis asing. Kebanyakan justru tergantung oleh wisata dalam negeri.