Kementerian Kesehatan mencatat setidaknya sudah ada tiga kasus kematian akibat hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
Masyarakat diminta waspada dengan adanya kasus hepatits akut.(Ilustrasi : freepik)
Karena itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta seluruh tenaga kesehatan dan lapisan masyarakat terutama para orangtua dan anak agar tetap ketat melakukan protokol kesehatan apalagi di masa mudik lebaran ini.
WHO sudah menetapkan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus ini terus bertambah, dimana tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Ketua Umum PB IDI, dr Moh Adib Khumaidi, SpOT meminta agar seluruh Organisasi Profesi Medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni Puskesmas, Posyandu, Klinik praktek mandiri, serta dokter praktek perorangan juga mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa.
Hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini memiliki gejala antara lain perubahan warna urin (gelap) dan feses (pucat), kuning, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal, demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut, lesu, hilang nafsu makan, diare dan serta kejang. Selain itu, ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST)/SGOT atau Alanine transaminase (ALT)/SGPT lebih dari 500 U/L.
Sementara dari pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun pada beberapa kasus ditemukan SARS-Cov-2 dan adenovirus. Oleh karena itu, pemeriksaan pathogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut.
Sementara itu, Ketua Umum PP IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) juga meminta agar seluruh dokter anak dan residen dokter anak juga turut mengawasi apabila gejala di atas muncul pada pasiennya.
IDAI juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati. Ia juga mengingatkan agar mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak.
Ia juga mengimbau orang tua agar mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu dan demam tinggi. Jika menemui gejala tersebut pada anak, orang tua harus segera memeriksakan ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.***