Mahasiswa dan civitas akademika lainnya diajak memperkuat iman politik bernegara untuk membantengi ideologi Pancasila. Khususnya dari gempuran ideologi transnasional di ruang-ruang digital.
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. (Bagian Pemberitaan MPR RI)
“Siapa berani menjamin metaverse tidak mereka gunakan sebagai ruang terbuka maya untuk menyebarkan ideologi transnasionalisme,” kata Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah saat menjadi pembicara seminar Metaverse: Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi di Era Industri 5.0’ di Kampus Institut Teknologi Nasional, Malang, Jawa Timur, Rabu (13/7).
Apalagi, di metaverse pengguna dapat melakukan apa saja dalam bentuk virtual. Antara lain seperti berkumpul atau mengadakan rapat, bekerja, bermain, mengadakan berbagai acara, mengikuti konser, berbelanja online, hingga membeli properti digital bahkan rapat akbar.
“Era Internet of Thing (IoT) membuat masyarakat bisa melakukan banyak hal dengan teknologi internet. Kehadiran metaverse disebutnya membuat masyarakat modern dapat berkumpul dan berkomunikasi di dunia virtual tanpa dibatasi ruang dan waktu,” ujarnya.
Menurutnya, banyak peneliti dan ilmuwan mengingatkan tentang munculnya persoalan-persoalan yang jauh lebih besar di dunia digital dengan kehadiran metaverse. Termasuk menjadikan metaverse sebagai markas kelompok teroris di masa depan.
“Hal itu akibat interaksi yang lebih nyata dengan peraturan perundang-undangan yang masih sangat longgar,” tandasnya. Selain itu, bisa dipastikan era metaverse yang memungkinkan terjadinya interaksi fisik secara maya, membuat persoalan ideologis menjadi lebih besar lagi.
‘’Dalam konteks inilah saya mengingatkan pentingnya menjadikan Pancasila sebagai dasar ‘iman politik bernegara’ dalam kehidupan berbangsa. Kalau iman aqidah itu kepada Tuhan masing-masing, tapi urusan bernegara, sejak negeri ini merdeka semua sepakat iman politik bernegara kita adalah Pancasila,” tegasnya.