Langkah Presiden Joko Widodo yang membangun bendungan di beberapa daerah, mulai terlihat dampaknya. Salah satunya adalah keberhasilan pemerintah menekan impor.
Presiden Joko Widodo saat meninjau Bendungan Sindangheula, Kabupaten Serang, Banten, bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Jumat (17/6). (twitter.com/Jokowi)
“Hal ini tidak lepas dari sistem yang dibangun beberapa tahun terakhir ini. Yakni membangun bendungan sebagai mesin raksasa, untuk irigasi ke sawah dan memacu produktivitas pertanian di daerah,” kata pengamat pertanian Wayan Supadno saat dihubungi, Minggu (19/6).
Menurutnya, dengan adanya bendungan tersebut maka ada sebuah kepastian air untuk irigasi teknis ke persawahan. Yang mana biasanya setahun sekali, maka saat ini bisa dua sampai tiga kali.
“Langkah Presiden Jokowi membangun bendungan di beberapa daerah, sangat tepat. Ke depannya, Indonesia bisa seperti China, yang sejak 40 tahun lalu sudah gencar membangun bendungan dan kemudian menjadi negara pengekspor beras ke beberapa negara,” ujarnya.
Dia menambahkan, China yang berpenduduk 1,4 miliar jiwa bisa sedikit impor pangan. Hal itu karena sekitar 40 tahun yang lalu itu banyak membangun bendungan.
“Presiden Jokowi membangun bendungan-bendungan itu bukan hanya untuk saat ini, tetapi untuk jangka panjang. Memang investasinya sangat besar sekali. Akan tetapi sangat bagus untuk jangka panjang di daerah-daerah yang selama ini frekuensi tanamnya sangat tinggi,” tandasnya.
Manfaat
Dia menjelaskan, pembangunan bendungan yang dilakukan oleh pemerintah tidak semata-mata untuk mengaliri sawah. Namun ada manfaat lainnya untuk masyarakat.
“Antara lain seperti tempat pemeliharaan bibit ikan, sebagai pembangkit listrik dan pastinya akan menjadi tempat wisata warga. Untuk ukuran Bendungan Sindangheula, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dapat mengaliri 1.289 hektare,” paparnya.
Bila debit airnya besar, pasti mampu berfungsi sebagai pembangkit listrik. Apalagi, bendungan tidak hanya berfungsi sebagai sumber air irigasi saja, tapi juga berfungsi sebagai pembangkit listrik, penghasil ikan dan wisata.
“Jadi, manfaatnya banyak. Dengan dibangunnya bendungan, Indonesia bisa menjadi negara eksportir. Namun, kebijakan membangun bendungan jangan tidak hanya dilakukan di wilayah Jawa saja,” tegasnya.
Sebab, juga harus dilakukan di wilayah-wilayah yang berpotensi seperti Kalimantan. Hal itu harus dilakukan jika Indonesia ingin menjadi eksportir beras.
“Apalagi, Kalimantan juga berpotensi untuk menjadi sawah yang ada sumber airnya. Buat bendungan, libatkan praktisi inovatif untuk menjadi developer swasta sawah. Itu penting sekali,” ucapnya.
Melebihi
Sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini tidak lagi melakukan impor beras dari negara luar. Hal itu karena hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton, melebihi kebutuhan konsumsi nasional yang 28 juta ton.
“Bendungan-bendungan di seluruh tanah air telah berpengaruh terhadap hasil produksi pangan kita,” tuturnya dalam akun twitter @jokowi. Presiden juga mengatakan, kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air dinilai telah meningkatkan produktivitas pertanian dan dapat memberikan manfaat pengairan irigasi.
“Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang, ini saya resmikan tahun lalu. Keberadaan bendungan dapat memberikan manfaat pengairan irigasi bagi kurang lebih 1.289 ha sawah, sekaligus memacu produktivitas pertanian di wilayah sekitar,” cuitnya usai meninjau Bendungan Sindangheula bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Untuk diketahui, Bendungan Sindangheula diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 4 Maret 2021 lalu. Bendungan tersebut dibangun dengan anggaran mencapai Rp 451 miliar dan memiliki kapasitas tampung sebesar 9,30 juta meter kubik.
Presiden juga berharap kehadiran bendungan tersebut dapat memacu produktivitas pertanian di wilayah sekitar. Adapun Basuki Hadimuljono saat itu menjelaskan, kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air telah meningkatkan indeks pertanaman.
“Yakni dengan rata-rata nasional menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berada di angka 147 persen. Saya berharap, kehadiran sejumlah bendungan yang masih dalam proyek pembangunan dapat meningkatkan indeks pertanaman. Sehingga produksi beras nasional dapat mencapai 40 juta ton pada tahun 2045,” tukasnya.